Bacaan: Ayub 40:6-14

TUHAN menantang Ayub

40:6 (40-1) Maka dari dalam badai m  TUHAN menjawab Ayub 1 40:7 (40-2) “Bersiaplah engkau sebagai laki-laki; Aku akan menanyai engkau, dan engkau memberitahu Aku. n  40:8 (40-3) Apakah engkau hendak meniadakan pengadilan-Ku, o  mempersalahkan Aku 2  supaya engkau dapat membenarkan dirimu? p  40:9 (40-4) Apakah lenganmu seperti lengan Allah, q  dan dapatkah engkau mengguntur r  seperti Dia? s  40:10 (40-5) Hiasilah dirimu dengan kemegahan dan keluhuran, kenakanlah keagungan dan semarak! t  40:11 (40-6) Luapkanlah marahmu u  yang bergelora; amat-amatilah setiap orang yang congkak dan rendahkanlah dia! v  40:12 (40-7) Amat-amatilah setiap orang yang congkak w , tundukkanlah dia, x  dan hancurkanlah y  orang-orang fasik di tempatnya! 40:13 (40-8) Pendamlah mereka bersama-sama z  dalam debu, kurunglah mereka di tempat yang tersembunyi. a  40:14 (40-9) Maka Akupun akan memuji engkau, karena tangan kananmu memberi engkau kemenangan. b 

Kehilangan orang terkasih, jatuh sakit, terkena PHK, kehilangan harta benda, mengalami bencana, semuanya adalah hal menyakitkan. Jika hal tersebut terjadi pada orang jahat, kita dapat berkata: “Baguslah, Tuhan sedang membalas semua kejahatannya.” Namun ketika hal tersebut terjadi pada orang baik, kita akan berkata: “Kenapa hal itu terjadi kepadanya?”.

Pertanyaan tersebut juga pernah dilontarkan Ayub, seorang tokoh Alkitab yang selalu digambarkan sebagai orang benar yang bisa ditemukan di muka bumi. Ayub mengalami penderitaan yang sangat hebat. Hal inilah yang membuat para sahabatnya mempertanyakan “mengapa dia harus menderita seperti itu?”. Ketika Ayub meminta jawaban dari Tuhan, Tuhan menjawabnya dengan sangat keras: “Apakah engkau hendak meniadakan pengadilan-Ku, mempersalahkan Aku supaya engkau dapat membenarkan dirimu?”. Tuhan Allah tidak pernah secara langsung menjawab pertanyaan Ayub, tetapi Dia menjawab bahwa “segala sesuatu” ada di bawah penguasaan dan kendali-Nya, termasuk Ayub dengan segala penderitaan berat yang dialaminya. Ternyata dibalik penderitaan Ayub terkandung kehendak Allah yang rahmani. Jadi intinya bukan mengenai mengapa kita menderita dengan cara, situasi, dan waktu tertentu, namun dimanakah atau kepada siapakah pengharapan kita berlabuh di tengah penderitaan itu?

Situasi pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, yang kita hadapi saat ini memang mengkhawatirkan dan menakutkan. Sampai kapan situasi ini berakhir, apakah ke depan akan semakin membaik atau semakin memburuk? Tidak ada seorangpun yang bisa memastikan. Pertanyaannya, apakah kita sebagai umat Allah, kita mampu bertahan seperti Ayub untuk tidak berbuat dosa di tengah penderitaan dan situasi sulit ini? Apakah kita sebagai orang beriman mampu bertahan seperti Ayub untuk tetap percaya dan bergantung sepenuhnya kepada Allah? Kiranya kita senantiasa mampu setia kepada Tuhan di tengah penderitaan dan pergumulan hidup kita saat ini.

(Pdt. Adhitya CN)

share

Recommended Posts