PURA-PURA BAIK

PURA-PURA BAIK

Firman Tuhan: Matius 26:47–50

 “Lalu datanglah Yudas, dan segera ia maju mendapatkan Yesus dan berkata: ‘Salam Rabi,’ lalu mencium Dia.” Matius 26:49

 

Pada 15 Maret tahun 44 SM, Julius Caesar dibunuh oleh sekitar 60 senator Romawi yang dipimpin oleh Cassius dan Brutus. Mereka khawatir kalau Caesar menjadi seperti raja yang diktator karena terlalu banyak kekuasaan dan bisa mengakhiri sistem pemerintahan Republik Romawi. Saat Caesar memasuki gedung Senat tanpa pengawal, para konspirator pura-pura menyampaikan permohonan, lalu menikamnya 23 kali. Yang paling mengejutkan bagi Caesar adalah melihat Brutus, sahabatnya, ikut menikam. Caesar berkata, “Et tu, Brute?” (kau juga Brute) sebelum akhirnya Caesar meninggal di tangan sahabat karibnya. Hal yang sama diperlihatkan oleh Yudas salah satu dari 12 murid Yesus yang menghianati gurunya.

Ciuman yang biasanya melambangkan kasih, persahabatan, dan kedekatan. Namun dalam peristiwa penangkapan Yesus, ciuman itu berubah menjadi simbol pengkhianatan yang paling terkenal dalam Sejarah (Matius 26:49). Yudas Iskariot dikenal sebagai murid Yesus, tampak setia dan berada di lingkaran paling dekat dengan-Nya. Namun, di balik sikap luarnya yang seolah-olah baik dan religius, ia menyimpan niat jahat. Puncak kepura-puraan itu terlihat saat ia mencium Yesus di taman Getsemani tanda kasih yang dipakai untuk mengkhianati. Kepura-puraan Yudas bukan hanya sekadar sikap lahiriah, tetapi merupakan pilihan sadar untuk menyamarkan niat jahat di balik tindakan yang tampak suci. Ia memakai kedekatan dengan Yesus sebagai alat untuk merusak, bukan untuk mengasihi.

Namun setelah Yesus dihukum, topeng kepura-puraan itu runtuh, dan Yudas dihadapkan pada kenyataan dari pengkhianatannya. Rasa bersalah yang mendalam menyerangnya, tetapi karena ia tidak sungguh-sungguh bertobat dan tidak datang kembali kepada Tuhan, ia memilih untuk mengakhiri hidupnya. Kepura-puraan yang ia pelihara selama ini akhirnya membawanya kepada kehancuran, bukan keselamatan. Kisah Yudas mengingatkan bahwa kepura-puraan rohani bukan hanya menyakiti orang lain, tetapi bisa menyesatkan dan menghancurkan diri sendiri jika tidak disadari. Karena itu berhentilah berpura-pura baik sementara hati menyimpan niat jahat, karena kepura-puraan seperti itu tidak hanya melukai orang lain, tetapi juga dapat menghancurkan diri sendiri seperti yang dialami Yudas, yang akhirnya binasa oleh pengkhianatannya sendiri.

 

Inspirasi: Yesus menyebut Yudas sahabat, menunjukkan kasih-Nya tidak berubah, sekalipun dihianati.

 

LPMI/Yunus Siang

share

Recommended Posts