MEMELIHARA KESATUAN

Bacaan: Matius 7:7-11

Hal pengabulan doa

7:7 “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; q  carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah 1 , maka pintu akan dibukakan bagimu. 7:8 Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat r  dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. 7:9 Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, 7:10 atau memberi ular, jika ia meminta ikan? 7:11 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik s  kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik 2  kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”

Puluhan tahun silam, tepatnya 20 Mei 2963, Presiden Soekarno dalam orasinya di alun-alun Kota Bandung, pernah menyerukan bangsa Indonesia seumpama sapu lidi. Kutipannya kurang lebih demikian, “Saudara-saudara, bangsa Indonesia ini seperti sapu lidi yang terdiri dari beratus-ratus lidi. Jika tidak diikat akan tercerai berai, tidak berguna dan mudah dipatahkan. Tetapi jikalau lidi-lidi itu digabungkan, diikat, menjadi satu, mana ada manusia yang bisa mematahkan sapu lidi yang sudah diikat.” Seruan untuk menjaga persatuan dan kesatuan yang masih sangat relevan hingga hari ini.

Dua ribu tahun lalu, Tuhan Yesus dalam “Khotbah di Bukit” juga menyerukan pengajaran yang sangat berharga bagi umat percaya. Salah satunya pada Injil Matius Pasal 6:5-15, Tuhan Yesus lebih dulu mengajarkan hal berdoa, yang kita kenal dengan Doa Bapa Kami. Kemudian Pasal 7:7-11, Tuhan Yesus melanjutkan dengan ajaran tentang Bapa di Sorga yang berkenan mengabulkan doa. Bapa memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya. Pesan Tuhan Yesus untuk meminta, mencari, dan mengetok, menyiratkan pentingnya umat percaya agar secara aktif dan terus menerus memelihara kesatuan hati dan bertekun dalam doa. Karena berdoa tidak hanya dilakukan secara individu saja, tetapi juga secara kelompok. Dalam doa pribadi, Tuhan Yesus mengajarkan untuk dilakukan secara “tersembunyi”. Namun, dalam doa secara kelompok, kesatuan hati untuk mencari kehendak Tuhan, turut menjadi kunci dalam doa yang dikabulkan oleh Bapa.

Di tengah pandemi, berbagai pergumulan seakan terus berputar. Dari persoalan kesehatan, diikuti dengan pembatasan sosial, muncul pula masalah ekonomi, kemudian berputar lagi kesehatan, dan seterusnya. Semua manusia bertanya, kapan akan berakhir? Namun, terpujilah Tuhan, umat percaya dapat dengan yakin memegang janjiNya, yaitu bahwa Allah Bapa memahami seluk beluk pergumulan, kebutuhan, dan bahkan Bapa siap menjawab doa-doa kita. Saatnya bagi kita untuk berhenti sejenak dan bertanya: sudahkah kita memelihara kesatuan hati dan ketekunan dalam berdoa? Baik di antara jemaat dalam gereja maupun di antara anggota dalam keluarga. Tanpa kesatuan hati, sulit rasanya menjaga ketekunan dalam berdoa. Sebaliknya, ketekunan doa tanpa kesatuan hati, hanyalah formalitas belaka.

Doa adalah nafas kehidupan orang percaya. Kita berdoa karena kita yakin ada Bapa di Sorga yang mendengar seruan dalam kesesakan kita. Sekalipun di tengah badai kehidupan yang tak kunjung usai, jangan kita berhenti berdoa. Berdoalah dengan senantiasa memelihara kesatuan hati dan dalam ketekunan untuk mencari kehendakNya. Orang-orang percaya yang militan dalam doa, juga seumpama sapu lidi yang diikat kuat, bahkan diikat sangat kuat dalam kuasa Roh Allah yang tidak terpatahkan oleh apapun juga.

(GCW)

Photo: Istimewa 

Share

Recent Sermons