“Sultan mah bebas !”

"Sultan mah bebas !"
Bacaan: Yakobus 5:1-6
Peringatan kepada orang kaya

5:1 Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya,   menangislah dan merataplah   atas sengsara yang akan menimpa kamu! 5:2 Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat! 5:3 Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir. 5:4 Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh   yang telah menuai hasil ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan   mereka yang menyabit panenmu. 5:5 Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi, kamu telah memuaskan hatimu   sama seperti pada hari penyembelihan.  5:6 Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang yang benar dan ia tidak dapat melawan kamu.

Belakangan ini sebutan ‘Sultan’ diucapkan seseorang saat mengomentari atau menanggapi orang lain yang memiliki kehidupan mewah atau bisa juga berpura-pura hidup mewah. Orang yang dianggap ‘Sultan’ biasanya orang yang membeli barang-barang bermerek seperti mobil, tas, hingga smartphone keluaran terbaru tanpa mempedulikan harganya yang masih mahal.

Salah satu insiden ‘Sultan’ yang viral pernah terjadi di tahun 2017 saat pangeran Arab Saudi memesan 80 kursi di kabin pesawat untuk burung elangnya. Setiap burung mendapat kursinya masing-masing di pesawat Qatar Airways. Burung elang tersebut mendapat keistimewaan duduk bersama dengan penumpang lainnya. Sehingga banyak orang yang suka berucap, “Sultan mah bebas!”

Bagaimana dengan kita sebagai umat percaya memperlakukan kekayaan? Tidak ada yang salah dengan menjadi kaya, yang salah adalah ketika hati kita terfokus pada kekayaan itu sendiri dan bukan kepada Tuhan yang memberikan kekayaan kepada kita. Mungkin saja kita pun tetap beribadah kepada Tuhan, tetapi hati kita lebih terfokus kepada berkat-berkat dari Tuhan dan bukan kepada Tuhan yang memberi berkat tersebut.

Yakobus menyoroti, orang kaya tersebut menumpuk kekayaan untuk dirinya sendiri (ayat 2-3), bahkan dengan cara menindas pekerjanya (ayat 4), lalu hidup dalam kemewahan yang sia-sia (ayat 5), terlebih menghancurkan hidup orang benar (ayat 6). Kekayaan menjadi duka bagi hati Allah ketika kita meraihnya dengan cara yang salah serta tujuan yang salah.

Semua yang melekat pada diri kita adalah milik-Nya.  Oleh karena itu, jika Tuhan memberkati kita sehingga kita menjadi orang yang kaya dan berhasil, pergunakan dengan tanggung jawab dan penuh hikmat Allah, kita juga perlu menempatkan kekayaan itu dalam kerajaan surga, sehingga hati kita pun tetap terfokus kepada hal-hal yang surgawi dan bukan hal-hal duniawi.

 

( FK )

Share

Recent Sermons