Bertekun dengan Ketulusan.
Bacaan: Yohanes 6:41-51
6:41 Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: “Akulah roti yang telah turun dari sorga.” 6:42 Kata mereka: “Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, t yang ibu bapanya kita kenal? u Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga? v ” 6:43 Jawab Yesus kepada mereka: “Jangan kamu bersungut-sungut. 6:44 Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik w oleh Bapa 1 yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. 6:45 Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. x Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. 6:46 Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, y Dialah yang telah melihat Bapa. 6:47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. z 6:48 Akulah roti hidup. a 6:49 Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. b 6:50 Inilah roti yang turun dari sorga: c Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. 6:51 Akulah roti hidup d yang telah turun dari sorga. e Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia. f “
Di suatu siang yang cerah, seorang anak tengah asik memainkan game konsolnya (Play Station) di kamar. Ditengah serunya permainan yang sedang ia mainkan, terdengar suara ayahnya yang meminta dia untuk membelikan pencukur kumis. “Yaa, bentar lagi” jawab anak itu, berkali-kali ayahnya meminta tolong, berkali-kali pula si anak menjawab begitu. Hingga akhirnya sang ayah berteriak, “belikan sekarang atau kubanting itu game-mu”. Mendengar itu, si anak langsung berlari menuju sumber suara dan langsung melakukan apa yang diminta ayahnya. Namun ia melakukan sambil nge-dumel. Apakah si anak menuruti permintaan ayahnya? Iya, Apakah si anak berhasil menyelesaikan permintaan ayahnya? Iya, Apakah baik? Dalam hemat saya, tidak. Si anak memang kemudian membelikan pencuku jenggot, tapi, ia membelikannya sembari ngdumel. Apa yang dilakukan oleh anak itu, disadari atau tidak juga sering terjadi dalam hidup orang beriman.
Disaat sudah waktunya orang percaya berdoa dan beribadah seringkali terlintas dalam pikiran “ah nanti dulu deh, masih ada kerjaan kantor yang harus diselesaikan” atau “ah besok ajalah, udah terlalu capek kerja hari ini”. Sialnya, pikiran itu malah seringkali di-iya-kan! Hingga ada satu momen dimana kita merasa ‘ditegur’ oleh Tuhan (seperti yang dilakukan ayah pada awal renungan) yang membuat kita segera melakukan apa yang dimintaNya (meskipun sesekali dengan ngdumel). Padahal jelas tertulis di ayat 43, “.. jangan kamu bersungut-sungut ..” Dari ayat bacaan ini kita kembali diingatkan oleh Tuhan, bahwa kita sebagai orang percaya perlu selalu melaksanakan perintahNya dengan ketulusan. Selama kita mencoba untuk bertekun dalam iman, kita harus melakukannya dengan tulus hati. Segera melakukan apa yang menjadi perintahNya tanpa mengeluh, menggerutu, bersungut-sungut dan ngdumel.
Tuhan Yesus memberkati
Amin
(BCP/Yokhanan Krisda Karunia)
Recommended Posts
Mengalirkan Air Kehidupan
November 23, 2024
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024