Permintaan Maaf

Permintaan Maaf

Bacaan: Mazmur 50:1-14

50:1 Mazmur Asaf. Yang Mahakuasa, TUHAN  Allah, berfirman dan memanggil bumi, dari terbitnya matahari sampai kepada terbenamnya.  50:2 Dari Sion,  puncak keindahan,  Allah tampil bersinar.   50:3 Allah kita datang  dan tidak akan berdiam  diri, di hadapan-Nya   api menjilat,  sekeliling-Nya bertiup badai  yang dahsyat. 50:4 Ia berseru kepada langit di atas, dan kepada bumi  untuk mengadili umat-Nya: 50:5 “Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi,  yang mengikat perjanjian   dengan Aku berdasarkan korban sembelihan!” 50:6 Langit memberitakan  keadilan-Nya, sebab Allah sendirilah Hakim.  Sela 50:7 “Dengarlah, hai umat-Ku, Aku hendak berfirman, hai Israel, Aku hendak bersaksi terhadap kamu: Akulah Allah, Allahmu!  50:8 Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum  engkau; bukankah korban bakaranmu   tetap ada di hadapan-Ku? 50:9 Tidak usah Aku mengambil lembu  dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu,  50:10 sebab punya-Kulah segala binatang hutan,  dan beribu-ribu hewan di gunung. 50:11 Aku kenal segala burung  di udara, dan apa yang bergerak di padang  adalah dalam kuasa-Ku. 50:12 Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punya-Kulah dunia  dan segala isinya.  50:13 Daging lembu jantankah Aku makan, atau darah kambing jantankah Aku minum? 50:14 Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu  kepada Yang Mahatinggi! 

Konon kabarnya, orang jepang memiliki cara yang terbilang unik ketika meminta maaf. Sejauh pengetahuan saya (berdasarkan melihat beberapa video), orang jepang ketika meminta maaf mereka menunduk/membungkuk dengan ketentuan derajat tertentu bahkan tidak jarang pemintaan maaf juga dilakukan dengan cara sujud dan membungkuk. Itu semua dilakukan sebagai tanda penyesalan yang mendalam. Namun (berdasarkan obrolan dengan seorang teman) tetap saja ada beberapa orang yang sudah minta maaf sedemikian rupa namun tetap mengulangi kesalahannya secara sengaja/tidak sengaja, hingga akhirnya permintaan maaf itu terasa kosong dan tidak bermakna. Lalu apa hubungannya informasi ini dengan bacaan kita?

TB-LAI memberikan judul perikop mazmur 50 dengan ‘Ibadah yang Sejati’. Ketika mendengar ungkapan ibadah, rasanya, tidak jarang yang terpikirkan adalah tentang nyanyi-nyanyian, kotbah, persembahan, liturgi dsb seperti yang biasa kita lakukan saat kebaktian hari minggu di gereja. Namun, perlu kita refleksikan benarkah makna ibadah sesempit itu? Bagaimana jika seseorang dengan rajinnya pergi beribadah di gereja tapi kemudian ketika menjalani hidup penuh dengan kedengkian, kecemburuan, dan tidak mengasihi sesama? Apakah orang tersebut telah melaksanakan ibadah yang sejati? Dalam setiap peribadahan hari minggu kita selalu memberikan persembahan pada Tuhan namun mazmur hari ini mengingatkan kembali bahwa itu tidaklah cukup karena semua yang kita miliki juga adalah milik Tuhan (ay. 9-10). Justru yang dikehendaki oleh Tuhan tertulis pada ayat 14 “Persembahkanlah syukur sebagai korban k  kepada Allah dan bayarlah nazarmu l  kepada Yang Mahatinggi!”. Kita diminta untuk dengan sungguh-sungguh mempersembahkan syukur kita pada Tuhan, bukan sekadar korban(atau uang persembahan) dan kita diminta untuk ‘membayar nazar’. Jika nazar adalah janji, maka, kita diminta agar menepati janji kita kepada Tuhan. Apa janji kita pada Tuhan? Janji untuk selalu percaya, berharap, mengikutNya dan mengandalkanNya dengan sungguh-sungguh. Itulah persembahan yang sebenar-benarnya persembahan, itulah makna dari Ibadah yang sejati. Ibadah yang sejati bukan hanya tentang memuliakan Tuhan di gereja, namun juga memuliakan Tuhan lewat setiap tingkah laku kita sehari-hari di luar gereja. Ibadah tidak berhenti setelah mendapat berkat di gereja namun dimulai setelah mendapat berkat di gereja. Layaknya minta maaf, bukan hanya meminta maaf dan menyesali kesalahan lewat kata-kata ataupun gesture namun juga benar-benar mencoba untuk tidak mengulangi kesalahan lagi agar kata maaf itu tidak kehilangan maknanya. Begitu pula ibadah, bukan hanya lewat kata-kata (puji-pujian) dan gestur (ibadah setiap minggu) namun juga benar-benar mencoba melakukan firmanNya di kehidupan sehari-hari.

Tuhan Yesus memberkati. Amin.

 

(BCP/Yokhanan Krisda Karunia)

share

Recommended Posts