“Allah Sumber Kemerdekaanku”
Mazmur 71 : 1-6
71:1 Pada-Mu, ya TUHAN, aku berlindung 1 r , janganlah sekali-kali aku mendapat malu s . 71:2 Lepaskanlah aku dan luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu t kepadaku dan selamatkanlah aku! 71:3 Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku u . 71:4 Ya Allahku, luputkanlah v aku dari tangan orang fasik w , dari cengkeraman orang-orang lalim dan kejam. x 71:5 Sebab Engkaulah harapanku y , ya Tuhan, kepercayaanku z sejak masa muda, ya ALLAH. 71:6 Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan, a Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku; b Engkau yang selalu kupuji-puji. c
Dua hari yang lalu, tepatnya di tanggal 17 Agustus 2022, bangsa Indonesia memperingati usia kemerdekaannya yang ke-77. Kembali lagi, kita mengingat bahwa di tanggal 17 Agustus 1945, pada akhirnya Indonesia boleh menikmati kemerdekaannya setelah 350 tahun atau 3,5 abad mengalami penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Belanda. Bayangkan, 350 tahun! Selama itulah bangsa Indonesia harus hidup berada di bawah tekanan bangsa Belanda. Bangsa Indonesia harus mengalami masa di mana justru bangsa lain yang menikmati segala sumber daya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang dimiliki bangsa Indonesia. Kebebasan yang kita rasakan pada saat ini tentu sangat amat tidak dapat dirasakan oleh leluhur kita yang berada dalam masa penjajahan bangsa Belanda. Mari kita imajinasikan sejenak apabila kita membayangkan bagaimana kehidupan mereka di bawah tekanan bangsa Belanda selama 350 tahun tersebut. Adakah mereka merasakan kebahagiaan? Ketenangan? Atau kesejahteraan yang sekarang ini kita rasakan? Jangankan kebahagiaan, perasaan aman dan tenang saja belum tentu mereka dapat rasakan pada masa itu. Muncul sebuah pertanyaan, apa ya yang ada di pikiran mereka?
Dalam situasi mereka saat itu, mungkin doa Daud dalam Mazmur 71: 1-6 sedikit banyak mewakili apa yang menjadi keresahan, kekhawatiran, ketakutan, dan berbagai perasaan masyarakat Indonesia pada masa itu. Daud yang mendaraskan doanya dalam Mazmur pun juga merasakan demikian, di mana pada waktu itu Daud pun memanjatkan doa yang isinya kurang lebih meminta perlindungan kepada Tuhan. Apabila kita mengamati dua pasal sebelum pasal 71 ini, yaitu di pasal 69 dan pasal 70, sedikit banyak Daud merasakan keresahan dalam hidupnya. Pasal 69 sepenuhnya menggambarkan bagaimana kesesakan yang dialami oleh Daud kemudian masuk pada pasal 70 dan 71 menjadi buah pengharapan dari Daud kepada Allah untuk senantiasa diberikan pertolongan dan perlindungan, terlebih di pasal 71 merupakan doa Daud untuk diberikan perlindungan oleh Allah di masa tua, artinya Daud merasa bahwa di masa tuanya, dengan doa dan kepasrahan Daud kepada Allah, Daud ingin agar hidupnya menjadi tenang dari segala kesesakan dan merdeka dari segala yang berkaitan dengan orang-orang fasik, lalim, dan kejam. Daud berharap bahwa dengan pertolongan yang dari Allah, Daud dapat merasakan kehidupan yang tenang tanpa harus merasa gelisah terhadap segala yang mengusik kehidupannya.
Masyarakat Indonesia di masa penjajahan Belanda membutuhkan adanya kemerdekaan yang akhirnya terwujud setelah 350 tahun lamanya mengalami masa penjajahan. Kehidupan kita saat ini sangat amat jauh perbedaannya apabila dibandingkan dengan kehidupan bangsa Indonesia 350 tahun yang lalu. Kita sudah sepatutnya bersyukur bahwa kita tidak lagi mengalami “kerja rodi” yang sesungguhnya, kita tidak perlu merasakan penderitaan menjadi bangsa yang tidak dapat menikmati negaranya sendiri. Kemerdekaan yang kita nikmati saat ini pun tidak terlepas bagaimana Allah juga turut berperan dalam memerdekakan bangsa Indonesia. Sekali lagi, kita sudah hidup sebagai bangsa yang merdeka, oleh karena itu, mari kita merayakan kemerdekaan yang kita miliki saat ini dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah serta bersyukur atas hidup yang kita nikmati sekarang. Allah adalah sumber pengharapan, sekaligus sumber kemerdekaan kita. Selamat menghayati kemerdekaan bangsa Indonesia di usianya yang ke-77 dan teruslah juga menjadi masyarakat Indonesia, sekaligus umat Allah yang berpengharapan hanya kepada Allah saja. Merdeka! Tuhan yang memberkati kita semua. Amin.
(BCP/Hizkia Haryo Pidekso)
Recommended Posts
Mengalirkan Air Kehidupan
November 23, 2024
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024