A Little Peace in The Great War

A Little Peace in The Great War

Bacaan: Yesaya 9:1-7

Kelahiran Raja Damai

9:1 (8-23) Tetapi tidak selamanya akan ada kesuraman 1  x  untuk negeri yang terimpit itu. Kalau dahulu TUHAN merendahkan tanah Zebulon dan tanah Naftali, y  maka di kemudian hari Ia akan memuliakan jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, wilayah bangsa-bangsa lain. 9:2 (9-1) Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan z  telah melihat terang a  yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, b  atasnya terang telah bersinar. c  9:3 (9-2) Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak, d  dan sukacita yang besar; e  mereka telah bersukacita di hadapan-Mu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan. f  9:4 (9-3) Sebab kuk g  yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya h  serta tongkat si penindas i  telah Kaupatahkan j  seperti pada hari kekalahan k  Midian. 9:5 (9-4) Sebab setiap sepatu tentara yang berderap-derap dan setiap jubah yang berlumuran darah akan menjadi umpan api. l  9:6 (9-5) Sebab seorang anak telah lahir m  untuk kita 2 , seorang putera telah diberikan n  untuk kita; lambang pemerintahan o  ada di atas bahunya, p  dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, q  Allah yang Perkasa, r  Bapa s  yang Kekal, t  Raja Damai. u  9:7 (9-6) Besar kekuasaannya, v  dan damai sejahtera w  tidak akan berkesudahan 3  x  di atas takhta y  Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan z  dan kebenaran a  dari sekarang sampai selama-lamanya. b  Kecemburuan c  TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.

Pada perang dunia I tepatnya tanggal 25 Desember 1914, perang antara Jerman dan Inggris sedang berkecamuk dengan hebatnya, tiba-tiba seorang tentara Jerman yang sangat rindu merayakan Natal bersama keluarganya, meletakkan senjata, berjalan menuju ke kubu musuh sambil menyanyikan lagu Malam Kudus dengan lilin kecil yang menyala di tangannya. Aksinya diikuti oleh beberapa tentara lainnya, sampai semua tentara disitu yang sedang berperang melakukan hal yang sama. Mereka saling bertemu sambil membawa apa saja untuk bisa dibagi di malam Natal itu. Mereka saling berdamai, mereka bersukacita merayakan Natal dengan saling berbagi, bermain bola dan bercerita. Meskipun itu hanya moment sesaat, namun masing-masing mereka merasakan kedamaian yang begitu luar biasa yang tidak bisa mereka lupakan di seumur hidup mereka karena satu pribadi yang menyatukan mereka yaitu TUHAN YESUS. Peristiwa ini ditemukan tertulis di diari seorang veteran Jerman dan diulas oleh seorang sejarawan Jerman di dalam buku yang berjudul A little peace in the great war.

Yesaya 9:5 menubuatkan bahwa Raja yang akan datang adalah Raja Damai, bukan raja yang merasa damai atau mencari kedamaian, tetapi raja yang mendamaikan. Mendamaikan yang berperang, yang bermusuhan, yang saling membenci, dan yang terutama mendamaikan manusia yang memberontak dengan Allah yang Maha kudus. Di malam kelahiran Yesus dunia sedang tidak dalam keadaan damai. Peperangan, perebutan kekuasaan terjadi dimana-mana, Israel ada dalam penjajahan Romawi, Maria dan Yusuf dalam situasi ekonomi yang sulit, diancam akan dibunuh oleh Herodes, dan harus melahirkan di kandang binatang yang kotor, bau dan gelap. Tetapi, malam itu adalah malam paling damai yang pernah ada di sepanjang sejarah manusia. Malam yang menjadi titik awal untuk kedamaian yang sesungguhnya merambat ke segala bangsa, keluarga, dan pribadi-pribadi yang membutuhkan kedamaian sejati.

Kehadiran Yesus di dalam kehidupan kita membawa kedamaian yang tidak bisa diberikan oleh siapapun, juga memberikan kita kemampuan untuk berdamai dengan segala konflik yang datang baik dari dalam diri sendiri maupun dari luar diri kita.

Inspirasi: Di malam perayaan Natal ini, mari menikmati kedamaian yang sejati yang muncul di hati kita karena memiliki Yesus Kristus sang Juruselamat dan Raja Damai.

(LPMI/Zandy Keliduan)

share

Recommended Posts