Menguji Mimpi dan Obsesi
Bacaan: Mazmur 139: 13-24
139:13 Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, a menenun b aku dalam kandungan c ibuku 1 . 139:14 Aku bersyukur kepada-Mu d oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib e ; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. 139:15 Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan f di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam g di bagian-bagian bumi h yang paling bawah; 139:16 mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis 2 hari-hari yang akan dibentuk, i sebelum ada satupun dari padanya. 139:17 Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, j ya Allah 3 ! k Betapa besar jumlahnya! 139:18 Jika aku mau menghitungnya, l itu lebih banyak dari pada pasir. m Apabila aku berhenti, n masih saja aku bersama-sama Engkau. 139:19 Sekiranya Engkau mematikan orang fasik, o ya Allah, sehingga menjauh dari padaku p penumpah-penumpah darah, q 139:20 yang berkata-kata dusta terhadap Engkau, dan melawan r Engkau dengan sia-sia. s 139:21 Masakan aku tidak membenci orang-orang t yang membenci Engkau 4 , ya TUHAN, dan tidak merasa jemu u kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau? 139:22 Aku sama sekali membenci mereka, mereka menjadi musuhku. v 139:23 Selidikilah aku, w ya Allah 5 , dan kenallah hatiku, x ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; 139:24 lihatlah, apakah jalanku y serong, dan tuntunlah aku z di jalan yang kekal!
Karena mimpi itu gratis, jadi bermimpilah setinggi mungkin. Itu adalah ungkapan yang lazim digandrungi saat ini termasuk para pelayan Tuhan. Namun, jika ada peribahasa Pungguk merindukan Bulan, berarti sejak dulu kala batasan etis mimpi itu tetap ada.
Ayat kita mengajarkan bahwa Daud dengan rela dan rendah hati mempersilahkan Tuhan meneliti semua isi hati dan pikiran termasuk motivasi. Tentunya jika kita memiliki mimpi berarti harus ada didalam koridor ini pula. Ada 3 parameter untuk menguji apakah mimpi dan obsesi itu tepat:
Keunikan kita, beranjaklah dari keunikan kita (kemampuan, talenta, passion, dll) untuk membangun mimpi pribadi, bahkan bagi keluarga/anak cucu kita, Keunikan kita adalah ciri pembeda dari Tuhan yang harus ditemukan (ay 13-15).
Kedaulatan Tuhan atas kita. Pagar kedua untuk mimpi kita adalah tunduklah pada Tuhan. Janganlah hidup kita dikendalikan obsesi, namun kendalikanlah mimpi bersama Tuhan (ay 16-18).
Kerinduan pribadi/visi hidup kita. Pagar ketiga adalah visi/panggilan hidup kita. Jangan bermimpi yang tidak sesuai visi hidup atau panggilan yang telah Tuhan berikan pada kita. Jangan sampai kita terjebak mengejar posisi, profit, popularitas, dll (ay 23-24).
Tentu dalam perspektif Alkitabiah segala sesuatu itu ada batas atau pagarnya. Sebesar atau setinggi apapun mimpi itu menjadi obsesi pribadi yang harus selalu dikuduskan, dikendalikan dan ditundukkan dibawah kedaulatan Tuhan. Proses hidup kita pasti akan dibaca orang lain terutama orang terdekat dan anak cucu kita. Mari kita wariskan perspektif hidup, obsesi serta mimpi-mimpi yang alkitabiah sehingga jalan kita tidak serong, dan semua proses serta hasil pencapaian kita berada dalam jalan yang kekal (memuliakan Allah pula) sebagaimana janji firman Tuhan.
Inspirasi: Ketika mimpi sudah tercapai, teruslah bermimpi yang lebih besar dalam kedaulatan Tuhan.
(LPMI/Wahju Djatikoesoemo)
Recommended Posts
Mengalirkan Air Kehidupan
November 23, 2024
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024