Jahat Karena Tidak Berempati
Bacaan: Lukas 10: 25-37
Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetap ia melewatinya dari seberang jalan. (Lukas 10: 31)
Saat berboncengan dengan anak lelaki saya, kami mengalami kemacetan panjang setelah melewati sebuah perempatan menuju Kaliurang. Karena penasaran, kami berusaha terus merayap maju, akhirnya kami temukan penyebabnya yaitu sebuah mobil berjalan pelan-pelan dikendarai anak-anak muda yang asyik bercanda dan main hp, padahal ratusan meter jalan di depannya lengang kosong dan sementara dibelakangnya antrian kendaraan cukup panjang tidak bisa menyalip, mengular melelahkan. Saat ditegur pun mereka sama sekali tidak peduli. Hal ini hanya sekelumit kecil contoh jenis tindakan ketidakempatian di jalan raya yang makin marak. Mereka tidak atau belum melanggar aturan lalu lintas namun sikap mereka sangat merugikan pengguna jalan yang lain.
Dalam perumpamaan ini Yesus menekankan tentang kepedulian dan tindakan kasih oleh orang Samaria yang dalam konteks saat itu sangat berlawanan dan bahkan nilai sosial apalagi spiritualnya jauh di bawah para imam dan orang Lewi. Kontradiksi ini dipakai Tuhan Yesus untuk menjungkirbalikkan kesombongan seorang ahli Taurat. Dalam perumpamaan itu tujuan Yesus adalah mengajarkan nilai serta tindakan kasih dan kepedulian. Kepedulian adalah salah satu parameter penting dari kasih. Dalam konteks itu Yesus juga menekankan bahwa kepedulian juga berhubungan erat dengan kerendahan hati. Arogansi dan kesombongan jelas akan menghambat kepedulian. Dan tanpa kepedulian kita berdosa pada Tuhan karena mengingkari pentingnya kasih. Selain itu kita juga miskin dengan “rekening sosial” yang nantinya akan kita tuai, pada saatnya kita pun akan merasa sakit ketika menuai ketidakpedulian orang lain. Ketidakpedulian juga menjadi jendela bagi dosa yang lain lagi. Kepekaan sosial dan rohani kita juga makin menipis. Ketika ketidakpedulian itu makin masif dan menjadi kebiasaan apalagi makin dibumbui kesombongan, maka kasus serupa Nabal yang mati sia-sia gara-gara tidak peduli dan menghina Daud.
Ketidakpedulian sepertinya tidak berbahaya, namun ini adalah penyakit masyarakat yang membahayakan. Ketidakpedulian adalah bagian dari egoisme dan ketiadaan kasih bagian dari sikap dosa manusia. Mari membangun kepedulian dari hal-hal yang sederhana, pada orang-orang di lingkup pengaruh kita. Kepedulian adalah melatih keterampilan mengasihi. Latihan yang konsisten pasti membawa perubahan. Mari membangun kepedulian sebagai jembatan untuk menceritakan kasih terbesar Allah dalam Yesus Kristus.
Inspirasi: Menabur kepedulian tidak akan pernah sia-sia.
(LPMI/Wahju Djatikoesoemo)
Recommended Posts
Mengalirkan Air Kehidupan
November 23, 2024
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024