Dinamika Hidup
Bacaan: Filipi 1:3-11
“Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu. Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua aku selalu berdoa dengan sukacita.” (Filipi 1:3)
Seorang napi pada suatu hari bersaksi bahwa, sebentar lagi ia akan bebas karena masa hukumannya sudah akan berakhir. Satu hal yang ia ungkapkan bahwa rasa-rasanya ia tidak mau keluar lagi dari sana, karena justru di penjara ia sungguh mengalami dinamika kehidupan rohaninya. Di sana ia banyak belajar firman Tuhan, berdoa bagi banyak orang agar bertobat seperti dia. Belum lagi di sana ada persekutuan yang hangat antara sesama tahanan. Ia merasa dinamika hidupnya yang diubah oleh Tuhan itu sungguh ajaib.
Sama dengan Paulus, meskipun berada di dalam penjara karena Injil, ia tidak melihat penjara itu membuat nya tidak bisa apa-apa. Justru di sana ia dapat banyak bersyukur, berdoa, memuji-muji Tuhan (Kis. 16:25). Apabila ia terus menggerutu, mengeluh, menangis, bahkan berontak sekalipun, justru tidak akan mengubah keadaan. Tetapi malah dengan sikap bersyukur, ikhlas menanggung kesukaran, memandang kepada Kristus, maka hidupnya menjadi begitu dinamis (tak terbelenggu) oleh keadaan. Dia pernah berkata, bahwa dirinya bisa dibelenggu tetapi firman Tuhan tidak terbelenggu (2 Tim 2:9). Apa yang terjadi? Kepala penjara bertobat dan memperlakukan Paulus dengan penuh kasih dan hormat di rumahnya (Kis.16:33-34). Seorang penulis mengatakan, “One of the greatest signs of genuine Christian life, is the ability to rejoice, even in difficult circumstances. This kind of Christian joy is what the prisoners in the Philippian prisons saw in Paul and Silas.” Bahwa salah satu tanda terbesar dalam kehidupan Kristen yang sesungguhnya, adalah mampu bersukacita dalam keadaan sulit sekalipun. Orang Kristen yang bersukacita seperti ini terlihat pada Paulus dan Silas. Yesus sendiri berkata: “Berbahagialah mereka yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya kerajaan sorga.” (Matius 5:10). Kehidupan Kristen memang dinamis sifatnya, karena sanggup bergerak meski dalam berbagai keterbatasan atau penindasan sekalipun. Mengapa? Karena sukacita itu berasal dari dalam hati, yang dikerjakan oleh Roh Kudus (Gal. 5:22). Dan Paulus pun berdoa agar kesukaan kasih itu makin melimpah (Fil. 1:9).
Kini, di masa-masa sukar yang kita alami, apakah sukacita masih ada? Mungkin kita tidak mengalami penjara secara fisik. Tetapi banyak masalah- masalah yang sering mengikat kita sehingga kita sulit bersyukur dan kehilangan sukacita bukan? Kita ingat lirik sebuah lagu: “The joy of the Lord is my strength. The joy of the Lord is my strength. The joy of the Lord is my strength. The joy of the Lord is my strength.” Liriknya berulang empat kali, bukan sekedar repetisi, tetapi ada pesan bahwa sukacita dalam Kristus itu memang kekuatan kita.
Inspirasi: Orang Kristen itu mampu tersenyum di masa sukar, bukan karena ia kuat secara alami, tetapi karena ada kekuatan dinamis yang supra- alami di dalam dia.
(LPMI/Boy Borang)
Recommended Posts
Mengalirkan Air Kehidupan
November 23, 2024
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024