Pension Planning

Pension Planning

Bacaan: 2 Samuel 19: 31-39

“Sekarang ini aku telah berumur delapan puluh tahun; masakan aku masih dapat membedakan antara yang baik dan yang tidak baik/ atau masih dapatkah hambamu ini merasai apa yang hamba makan atau yang hamba minum? Atau masih dapatkah aku mendengarkan suara penyanyi laki-laki dan penyanyi perempuan?….” (2 Samuel 19: 35)

Staf senior sebuah Kemenko bersuka ketika skor psikotes pra pensiunnya 85, berarti secara mental, finansial, dan sosial siap pensiun tahun depan. Namun dalam waktu bersamaan adik bungsu istri saya yang baru 11 tahunan menjadi perwira remaja juga mengikuti persiapan pensiun yang sama. Dia bahkan jauh melampaui target dan membuat surprise komandannya, sebab sudah punya sepetak kebun jati dan beberapa ekor sapi di desa yang dikelola kakaknya. Saat ini negara semakin terstruktur mempersiapkan pensiun yang sejahtera bagi para ASN dan TNI –Polri.

Dalam bacaan kita ada narasi menarik tentang orang tua yang bijaksana dan berkepribadian matang. Barzilai orang kaya yang sukses dan juga murah hati. Dia memberikan akomodasi yang penting dalam masa pelarian Daud dari Absalom (ay 32). Saat pemberontakan padam dan Daud kembali bertahta, maka raja ingin membalas budi kebaikan Barzilai namun ditolak dengan halus. (ay 33-36) Barzilai hanya memohon putrinya dapat tinggal dan berkarya di kerajaan (ay 37). Daud yang bijaksana akhirnya mengiyakan (ay 38-39). Barzilai hidup berkecukupan hingga usia tua tidak lagi dipenuhi ambisi atau pun beban-beban hidup.

Semua orang pasti menjadi tua lalu tiada. Ada yang tiada dalam kondisi sehat dan masih produktif dan berkecukupan, ada yang meninggal dalam kondisi tidak lagi bekerja dan sakit. Walaupun tidak mengenal istilah pensiun seperti ASN atau TNI Polri, apapun pekerjaan kita termasuk dunia pelayanan, kita harus siap jika suatu saat harus berhenti atau mengurangi secara signifikan aktivitas karena faktor usia dan kondisi fisik. Apapun pekerjaan-nya, kita harus mempersiapkan diri dengan baik untuk masa tua atau masa keterbatasan fisik/ mental. Kita tidak bijak jika hanya asal “beriman” tanpa konsep yang jelas sebab kita harus mengelola kesehatan dan keuangan hingga tiba saatnya mati. Mari berkomitmen untuk mempersiapkan masa tua yang sejahtera, tidak membebani orang lain, dan tetap produktif dalam hidup.

Inspirasi: Menjadi tua itu wajar, namun masa tua yang sehat, produktif, dan sejahtera itu harus direncanakan dan diupayakan.

(LPMI/Wahju Djatikoesoemo)

share

Recommended Posts