Merdeka, Lihat ke Belakang!

Merdeka, Lihat ke Belakang!

Bacaan : Keluaran 15:1-19

“Dengan kasih setiamu; Engkau menuntun umat yang telah Kau tebus; dengan kekuatan-Mu Engkau membimbingnya ke tempat kediaman-Mu yang kudus.” (Kel. 15:13).

Delapan kali kata “merdeka” disebutkan dalam lagu hymne Indonesia Raya, bukan sekedar lirik biasa, tetapi sungguh suatu penegasan bahwa bangsa ini sudah merdeka dari penjajahan. Di balik kata itu tentu saja jelas dimengerti bahwa dulu, bangsa ini tidak bebas, terjajah, dan tidak dapat menuntut haknya sebagai suatu bangsa. Tetapi setelah merdeka hingga hari ini, bangsa Indonesia dapat merasakan, dapat mengisi, dan dapat menikmati arti kemerdekaan itu. Untuk sungguh-sungguh menghayati arti kemerdekaan, setiap warga negara diajak untuk melihat sejarah, bahwa apa yang ada sekarang itu adalah berkat perjuangan para pahlawan bangsa, dan tentu saja Tuhan sendiri yang ada di dalamnya.

Umat Israel juga harus menyadari dan mensyukuri bahwa Tuhan sendirilah yang telah memerdekakan mereka daripada tekanan dan penindasan Mesir. Dalam nyanyiannya, Musa menulis bagaimana kesetiaan Tuhan dalam menuntun umat tebusan-Nya, agar mereka dikuduskan bagi kemuliaan-Nya. Mereka harus menoleh ke bebelakang, bukan untuk kembali ke Mesir, tetapi untuk belajar bersyukur betapa perbuatan Tuhan itu luar biasa bagi mereka. Dengan demikian mereka harus makin mengasihi dan melayani Tuhan. Mereka diharapkan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Tapi nyatanya bagaimana? Pikiran dan hati mereka dipenuhi gerutu dan kepahitan. Menyedihkan! Lebih parah lagi, mereka berbalik menyembah ilah- ilah yang mati buatan sendiri, sebagai pengganti Allah yang hidup (Kel. 32; Roma 1:23).

Bagaimana dengan umat Tuhan masa kini? Sama juga. Seharusnya mensyukuri kerelaan Kristus yang mau mati di kayu salib demi menyelamatkan setiap orang berdosa. Tapi malah banyak yang berbalik tidak menghargai pengorbanan-Nya. Kita bayangkan ketika Yesus sudah tergantung di salib, benar-benar hati-Nya hancur tatkala melihat orang-orang yang menyalibkannya merasa tidak berdosa. Berbeda dengan dia yang tersalib disebelah kanan, ia bertobat dan menerima anugerah salib itu, sehingga janji bersama Tuhan di Firdaus sangat menghibur hatinya (Luk. 23:41-43). Kita bagaimana? Sudahkah kita bersyukur atas kemerdekaan dan keselamatan kita di dalam Kristus?

Inspirasi: Orang yang berjalan maju, pasti perlu melihat ke belakang (melihat sejarah) bukan untuk mundur, tetapi untuk lebih maju lagi.

(LPMI/Boy Borang)

share

Recommended Posts