Semangat untuk Berjuang

Semangat untuk Berjuang

Bacaan: Nehemia 4:1-23

“Tetapi kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung- ujung-nya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati.” (Nehemia 4:6)

Dalam dunia poilitik, atau dalam alam demokrasi, di sana selalu ada oposisi, baik indidual maupun kolektif. Oposisi dianggap konstruktif apabila mereka menyampaikan kritik dan saran dengan motif yang baik, murni untuk kebaikan negara. Yang dianggap destruktif, jika di situ ada motif-motif negatif untuk menjatuhkan, demi kepentingan diri sendiri. Yang jelas, suatu negara yang sehat, meski pun ada oposisi (yang negatif) sekalipun, penyelenggaraan dan pembangunan akan terus dijalankan. Ada jiwa atau daya juang yang kuat untuk menghadapi segala tantangan dan rintangan.

Nehemia seperti itu. Ia begitu serius merekrut dan menggerakkan orang Yehuda yang ada bersamanya untuk mengerjakan rekonstruksi tembok Yerusalem yang telah runtuh itu. Seperti Yesus sendiri, Ia menggerakkan beberapa murid untuk terus berjuang bersama-Nya mencari mereka yang tersesat. Karena visinya yang begitu kuat, maka Nehemia pun dengan penuh doa menyerahkan kerinduannya untuk membangun kembali tembok itu. Tuhan sendiri menggerakkan raja Artasasta, sehingga raja itu pun menginstruksikan Nehemia, dalam kapasitas sebagai gubernur, untuk membangun tembok itu. Sangat nyata bahwa Tuhan dapat memakai siapa saja dalam melaksanakan rencana-Nya. Perjuangan Nehemia dengan menanamkan visi pada bangsanya, membuat Allah menggerakkan hati orang-orang yang bersamanya untuk bekerja dengan penuh pengorbanan dan perjuangan. Tuhan Yesus sendiri mengingatkan murid-Nya untuk terus bekerja selagi masih siang (masih ada kesempatan), karena akan datang malam di mana kesempatan bekerja pun berlalu (Yoh. 9:4).

Minimal ada tiga hal yang terlihat pada orang-orang yang berjuang membangun bersama Nehemia: Pertama, mereka bekerja tanpa henti (terus membangun). Nehemia menetapkan target, sehingga tembok itu dapat dikerjakan dalam waktu yang relatif singkat (52 hari) saja. Kedua, semuanya terlibat (seluruh bangsa) bekerja. Ibarat permainan sepak bola, tidak ada yang bermental penonton, semua turut bermain. Ketiga, mereka bekerja dengan segenap hati. Ini soal motivasi. Mungkin saja ada godaan untuk menggerutu, mengeluh atau bersungut. Namun semua harus selalu kembali pada esensi rohani, bahwa apapun yang dikerjakan mutlak bagi kemuliaan Tuhan. Jika begitu, bagaimana dengan kita sendiri?

Inspirasi: Berjuang namun mudah menyerah pada hakekatnya bukanlah berjuang, karena orang yang bekerja sambil berjuang pasti siap menerobos setiap kesulitan

(LPMI/Boy Borang)

share

Recommended Posts