Masih Mau Berbagi?
Bacaan : Mazmur 37:21-26
“Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali, tetapi orang benar adalah pengasih dan pemurah.” (Mzm 37:21 TB)
Di dalam sebuah artikel ditulis, “Setidaknya ada tiga bahaya besar dari penyakit kronis ini: “Pertama, Kikir senantiasa menjadikan majikannya rnenjadi orang yang cinta terhadap dunia secara berlebihan. Kedua, menghilangkan sifat peduli terhadap mereka yang tidak mampu dan membutuhkan. Ketiga, sifat kikir menularkan sikap hobby menimbun-nimbun harta.” (googie.com). Alkitab menyoroti sikap ini sebagai sikap tidak murah hati atau pun sikap tamak (Lukas 12:15). Akibat ketamakan, tidak sedikit tragedy yang menyedihkan terjadi. Seperti pada suatu hari, karena menantu perempuannya menyimpan makanan, seorang pria tua yang kelaparan berjuang mencari makan sambil berjalan kaki. Saat ia mau menyeberang jalan, tiba-tiba ia disambar sepeda motor, langsung tergeletak. la sempat dilarikan ke Rumah Sakit, namun tak tertolong lagi. Mungkin sang menantu menyesal, tapi apa daya sudah terlambat. Meskipun ia seorang Kristen, namun tak sadar ia masih dijajah oleh sifat kefasikan.
Sifat kikir atau tamak (greedy) ini juga telah menjadi persoalan dari zaman ke zaman. Pemazmur menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, bahwa di mana-mana ada orang yang bermental tak peduli (careless) pada orang lain. Bukan saja tak peduli, malah merugikan orang lain (meminjam uang tanpa mengembalikannya). Mungkin seperti sekarang, ketika utangnya ditagih malah berbalik marah bahkan membentak yang memiutanginya. Aneh bukan? Sebaliknya, orang yang murah hati (generous) justru diberkati. Kidner, penafsir kitab Mazmur, melihat bahwa kesediaan dari orang yang suka memberi dan meminjamkan, mendatangkan berkat bagi masyarakat, dan juga dalam keluarganya. Alien Ross, juga melihat bahwa karena orang fasik itu dengan egoisnya menahan pinjamannya, sementara orang benar bermurah hati (26), maka Allah sendiri akan membalasnya dengan keadilan (21, 22), termasuk mewariskan negeri yang dijanjikan. Prinsip kebenaran membuktikan bahwa orang yang memberi akan diberi (Lukas 6:36). Bukan berarti memberi supaya diberi, tetapi sebenarnya memberi karena sudah diberi, dan Tuhan memberkati ketulusan motivasi orang benar (cf. ay. 25).
Kalau begitu, mungkinkah di saat-saat kita lagi kekurangan, masih berupaya membagi berkat pada orang lain? Tak ada yang tak mungkin bila semua dilakukan dengan iman. Bahkan dikatakan, terlebih berbahagia memberi daripada menerima (Kisah 20:35). Ingat, banyak orang yang lebih susah dari kita, mereka memberi dari kekurangannya, namun mereka justru menikmati apa artinya bermurah hati itu (cf. Lukas 21:1-4). Kalau begitu, masih maukah kita berbagi?
Inspirasi: Kemurahan hati tidak selalu diukur oleh kelimpahan materi tetapi karena senang melihat orang lain dicukupkan, sekalipun mungkin ia sedang kekurangan.
(LPMI/Boy Borang)
Recommended Posts
Mengalirkan Air Kehidupan
November 23, 2024
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024