KeKristenan Produktif

KeKristenan Produktif

Bacaan: 2 PETRUS 1:8-15

“Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.” (2 Petrus 1:8)

Setiap kali seorang petani menanam sesuatu, sudah pasti ia berharap akan hasilnya nanti bukan? Tetapi mengharapkan hasil itu, memerlukan usaha dan kerja keras yang tidak mengenal lelah, apalagi berhenti di tengah jalan. Sama halnya dengan kehidupan Kristen, ia akan disebut produktif secara rohani, jika ia memiliki progresifitas yang intensif, agar berbuah. Tanpa mengharapkan hasilnya, tidak mungkin akan ada usaha menuju ke arah itu. Pemazmur 126:5-6 menggambarkan bahwa menabur itu pasti ada air mata, tetapi nanti akan ada sorak sorai ketika menikmati hasilnya.

Perhatikan kata-kata dalam ayat ini, “apabila semuanya itu..” merujuk pada apa yang disebutkan dalam ayat 3-7; harus ada iman, kemudian dibuktikan dengan kebajikan, lalu pengetahuan, kemudian diperkuat lagi dengan penguasaan diri yang menghasilkan ketekunan, kesalehan, dan akhirnya mengasihi saudara (internal) dan semua orang (external). Kondisi yang progresif itu akan menyebabkan pengenalan akan Kristus semakin solid. Petrus sangat menyadari hal ini, karena dia sendiri pun tentu teringat akan pengalaman pribadinya sendiri, yang dahulu sebagai murid Kristus, sering berbicara dan bertindak tanpa pertimbangan yang matang itu. “Petrus tidak dapat menyembunyikan sifatnya yang sesungguhnya atau menyamarkan diri seandainya ia berusaha untuk melakukan hal itu.Ia adalah seorang yang tidak berpikir dalam-dalam, tidak berhati ramah, suka menuruti kata hati dan bertindak cepat, yang dikuasai oleh dorongan pada saat itu juga, entah itu baik atau buruk.” (Harry Hollett & Clarence E. Macartney). Namun sungguh ajaib, bahwa Tuhan yang panjang sabar itu, mengubah hidupnya menjadi seorang rasul yang setia dan berkobar-kobar.

Kini dalam suratnya ini, ia sungguh mendorong agar jemaat itu makin giat dan berhasil dalam mengenal Tuhan Yesus Kristus. Jika tidak, mereka menjadi buta dan picik, karena mereka lupa bahwa dosa-dosa-nya sudah dihapuskan. Memang benar bahwa orang yang tidak bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus,seolah-olah tidak mengerti posisinya sebagai orang percaya. Padahal sebenarnya mereka harus berusaha agar panggilan dan pilihan mereka makin teguh. Merekapun makin menyadari akan hak penuh memasuki kerajaan kekal itu (9-11). Di sini Petrus merasa bertanggung jawab mengingatkan hal ini sebelum ia meninggal, yang diistilahkannya dengan “meninggalkan kemah” – earthly dwelling itu (12-15). Bagaimana dengan kita sendiri? Apa bukti-bukti yang dapat dilihat orang, bahwa kita adalah orang yang mengenal Kristus Tuhan dan Juruselamat? Dan bersediakah kita mengingatkan orang-orang akan hal yang sama, sebelum kita dipanggil Tuhan?

Inspirasi: Kekristenan yang bertumbuh akan terlihat dari buah kehidupan rohaninya.

(LPMI/Boy Borang)

share

Recommended Posts