Penipu Ditipu
Bacaan: KEJADIAN 27 : 1-40
Kata Yakub kepada ayahnya, Akulah Esau, anak sulungmu telah kuperbuat seperti yang kauperintahkan kepadaku. Sekarang duduklah dan makanlah daging pemburuanku, supaya engkau memberkati aku. (Kej 27:14.)
Ali seorang bapak yang sederhana tinggal di desa sekitar 100 km dari kota, pekerjaanya setiap hari adalah membuat gula merah setelah terkumpul banyak kemudian dijual ke kota. Di kota Ali membawa ke toko langgananya seorang bapak bernama Aceng. Mereka sudah berlangganan 5 tahun, kemudian Aceng baru sadar kalau gulah merah Ali setiap ikat tidak cukup 1 kg, seperti pengakuan Ali satu ikat = 1 kg. Aceng naik pitam merasa telah ditipu, dikerjain, dibodo-bodoi orang kampung. Ketka Ali datang Kembali membawa gula merahnya belum sempat duduk, langsung disemprot Aceng dengan caci maki dengan alasan kamu telah menipu saya gulah merah yang dibawa selama 5 tahun terahir hanya 850 gram, tidak cukup 1 kg. Dengan santai sambil tertunduk Ali minta maaf, sambil menceritakan kalau di kampung tidak ada timbangan, jadi patokannya adalah beras yang beli di toko pak. Aceng 1 kg, menjadi ukuran gula merah saya. Dengan santai Ali mengatakan kalau saya menipu bapak, berarti pak Aceng yang menipu saya lebih dulu.
Kisah Yakub yang menipu Esau dan kemudian ditipu oleh Laban adalah cerminan dari hukum tabur tuai dan pelajaran tentang akibat dari tindakan kita. Yakub mengambil hak kesulungan Esau dengan menipu ayahnya sendiri, tetapi kemudian mengalami tipuan dari Laban, mertuanya, Yakub jatuh cintanya sama Rahel, tetapi di malam pernikahan mendapatkan Lea. Ini mengajarkan kita bahwa tindakan yang tidak jujur dan tidak adil akan mendatangkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Yakub, yang dulu menipu, akhirnya menjadi korban tipu daya. Kita harus selalu mengingat bahwa perbuatan baik dan jujur akan membawa kebaikan, sementara penipuan hanya akan menciptakan konflik dan ketidakpercayaan.
Yakub karena didukung oleh ibunya Ribka, dalam tindakan penipuan ini. Ribka percaya bahwa Yakub harus mendapatkan berkat ayahnya yang sudah tua, dan dia berencana untuk memastikan ini terjadi. Oleh karena itu, Yakub mungkin merasa didukung oleh ibunya dan tidak takut dikutuk oleh Tuhan. Yakub sangat berhasrat ingin mendapatkan hak kesulungan yang semula dimiliki oleh kakaknya Esau. Dia melihat ini sebagai peluang besar dalam hidupnya dan mungkin merasa bahwa tindakan penipuan ini adalah satu-satunya cara untuk mencapainya.
Ini juga menunjukkan pentingnya belajar dari kesalahan kita. Yakub mungkin telah merasakan dampak buruk dari tindakan penipuannya ketika dia sendiri menjadi korban penipuan. Ini mengingatkan kita untuk merenung dan tumbuh sebagai individu yang lebih bijaksana, menjalani hidup dengan integritas, dan berusaha untuk selalu bersikap adil dalam semua hubungan dan interaksi kita.
Inspirasi: Siklus penipuan dan tipu daya bisa dihentikan jika kita memilih integritas dan kejujuran. Itu adalah jalan menuju harmoni dan perdamaian dalam hubungan kita dengan orang lain, serta dalam hubungan kita dengan Tuhan.
(LPMI/Yunus Siang)
Recommended Posts
Mengalirkan Air Kehidupan
November 23, 2024
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024