Ketenangan Sejati
Bacaan : Mazmur 131
“Sesungguhnya, hatiku tenang dan tentram; seperti bayi yang habis menyusu,
berbaring tenang di pangkuan ibunya, itulah hatiku.” (Mazmur 131:2 BIMK)
Saya ingat sewaktu anak saya masih bayi, senang bisa melihat dan
memeluk dan bermain dengannya. Tiap-tiap kali ia selesai menyusui ia
berbaring di pangkuan istri saya. Ia kelihatan sangat tenang, merasa aman
dan puas dalam pelukan istri saya.
Dalam Mamur 131, Daud menggabarkan keadaan hatinya ketika ia terus-menerus berharap dan mempercayakan diri kepada Tuhan (ay 3). Ia
mengambarkan bahwa ia seperti bayi yang habis menyusu, berbaring tenang
di pangkuan ibunya (ay 2-5). Ketergantungan dan pengharapannya kepada
Tuhan bukan saja membuat ia tenang tetapi juga karakternya terus dibentuk
oleh Tuhan, sebagaimana ia menulis dalam ayat 1, “ Ya TUHAN, aku tidak
sombong. Aku tidak berusaha menjadi lebih penting daripada orang lain. Aku
tidak berminat melakukan perkara-perkara besar atau berusaha mencapai
tujuan yang tidak mungkin.” (Versi Mudah Dibaca)
Bagian firman Tuhan ini mengingatkan kita bahwa ketenangan dalam
menjalani hidup ini kita tidak akan dapatkan melalui kesombongan kita, kita
merasa kita lebih penting dari orang lain dan kita berpikir bahwa kita dapat
melakukan perkara-perkara besar dengan kekuatan kita sendiri. Bukankah hal-hal seperti itu yang ditawarkan dunia kepada kita? Dunia dengan segalah
keinginanya menawarkan segalah sesuatu yang membuat kita bangga dengan
diri kita dan menjauhkan kita untuk bangga kepada Tuhan yang menciptakan
kita. Rasul Yohanes menulis hal ini dalam 1 Yoh. 2:16, “Sebab semua yang ada
di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan
hidup bukan berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.”
Banyak orang tidak menyadari bahwa keinginan-keinginan itu akan
lenyap. Itu hanya bersifat sementara, tetapi justru yang sementara ini yang
paling disenangi banyak orang. Apakah mereka memperoleh kepuasan dan
ketenangan dengan semuanya itu? Mereka mendapatkan tetapi hanya bersifat
sementara dan itupun kepuasan dan ketenangan berdasarkan keinginan
daging. Paulus menulis hal ini dalam Galatia 5:17, “Sebab keinginan
daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan
dengan keinginan daging –karena keduanya bertentangan–sehingga kamu
setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.” Hanya orang yang
berharap kepada Tuhan dan melakukan kehendak-Nya akan tetap hidup
selama-lamanya (1 Yoh. 2:17).
Inspirasi: Apakah kita ingin tenang dalam menjalani hidup ini? Ada dua
pilihan! Dunia menawarkan ketenangan yang menggiurkan tetapi sifatnya
sementara atau kepada Tuhan yang menberikan ketenagan sejati.
Berharapalah kepada Tuhan, sebagaimana Daud menulis dalam ayat 3,
“Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya.”
(LPMI/Jerry Tamburian)
Recommended Posts
Mengalirkan Air Kehidupan
November 23, 2024
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024