Peluang Gehazi

Bacaaan : 2 Raja-Raja 5:15-27
“… dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri,
tetapi kepentingan orang lain juga.” (Filipi 2:4).
Dengan diam-diam Gehazi berlari menemui Naaman. Naaman, seorang
panglima raja Aram baru saja sembuh dari kusta. Atas saran seorang anak
perempuan Israel yang menjadi pelayan isteri Naaman, Naaman datang
kepada Nabi Elisa. Setelah sembuh, Naaman kemudian menyampaikan
pengakuan imannya bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel
dan membawa sejumlah pemberian sebagai tanda terimakasihnya kepada
Elisa. Tetapi Elisa menolak pemberian tersebut.
Melihat semua itu Gehazi bersumpah demi TUHAN yang hidup untuk
mendapatkan sesuatu dari Naaman. Gehazi mengatakan bahwa Elisa
menyuruhnya menemui Naaman untuk meminta bantuan bagi dua orang
muda dari pegunungan Efraim dari antara rombongan Nabi yang baru saja
datang. Dengan senang hati Naaman memberikan lebih dari yang Gehazi
minta, jumlah yang cukup untuk memperoleh kebun zaitun, kebun anggur,
kambing domba, lembu sapi, budak laki-laki dan budak perempuan.
Saat itu keadaan sangat sulit bagi Israel. Salah satunya terjadinya
kelaparan di Gilgal yang juga dialami oleh para Nabi. Mereka mencari di
ladang apa saja yang dapat dimakan dan nyaris menghadapi maut ( 2 Raja-Raja 4:38-40). Pada kesempatan lainnya, Elisa membagi dua puluh roti dan
sekantong gandum yang diperuntukkan baginya kepada seratus orang yang
bersamanya (2 Raja-Raja 4:44).
Gehazi memiliki peluang menjadi pemecah masalah atas permasalahan
tersebut. Jika saja hatinya diliputi belas kasihan dan kepedulian sangat
mungkin Naaman akan memberikan pertolongan dengan senang hati. Namun
hati Gehazi diliputi dengan keinginan dan kepentingan pribadi. Gehazi
kemudian mendapatkan apa yang ia inginkan tetapi juga ia dan keturunannya
mengalami kesulitan seumur hidupnya. Penyakit kusta Naaman melekat
kepadanya dan kepada anak cucunya untuk selama-lamanya (2 Raja-Raja
5:27).
Saat ada peluang untuk menjadi pemecah masalah dari sebuah keadaan
yang sulit, keinginan pribadi dan sifat mementingkan diri sendiri dapat
menjadi penghalang untuk bertindak benar. Namun kasih kepada Tuhan serta
kepedulian dan belas kasihan kepada sesama akan mendorong untuk memilih
langkah yang tepat.
(LPMI/Lamroida Silalahi)
Recommended Posts

Pesan Kasih
Maret 12, 2025

Berhentilah Mengeluh
Maret 11, 2025

Kejutan Kecil
Maret 10, 2025