Jangan Menghakimi Orang Lain

Jangan Menghakimi Orang Lain

Bacaan : Lukas 22:63-71
“katanya: ‘Jikalau Engkau adalah Mesias katakanlah kepada kami.’ Jawab Yesus: “Sekalipun Aku mengatakannya kepada kamu, namun kamu tidak akan percaya (Lukas 22:67).

 

Pasti semua orang tidak ingin menjadi terdakwa, apalagi kalau kita tidak bersalah! Menjadi terdakwa adalah hal yang tidak mudah, banyak gejolak yang terjadi, baik iman (ketaatan), mental (emosi) dan relasi (kerabat). Jika kita pernah melihat atau mengikuti proses persidangan, hakim banyak melontarkan pertanyaan kepada terdakwa dan dari hal itu hakim bisa mengambil keputusan.

Situasi yang sama rupanya terjadi juga dalam persidangan yang dihadapi Yesus. Mereka memperlakukan Yesus seperti seorang kriminal. Ia diolok-olok, dijuhat, dan dipukuli. Mereka kemudian meminta penjelasan apakah Yesus benar Sang Mesias Penyelamat yang dijanjikan Tuhan. Namun ini bukan pertanyaan yang muncul dari keingintahuan yang tulus, melainkan upaya mencari-cari kesalahan agar mereka dapat menuduh Yesus melakukan tindak kejahatan.Ironis sekali! Ucapan benar malah dipahami sebagai pernyataan yang ditunggu-tunggu untuk menyalahkan Yesus.

Apakah Yesus menyadari motivasi dibalik pertanyaan mereka? Sangat tahu! (ayat 67-68)
Dia tetap menyatakan kebenaran, sekalipun Dia tahu risiko yang harus ditanggung-Nya.
Apakah Saudara pernah menjadi korban penghakiman atau fitnahan orang lain? Bagaimana perasaan Saudara? Pasti tertekan. Kalau dihakimi itu rasanya tidak enak. Maka dari itu sudah seharusnya kita juga tidak menghakimi orang lain. Roma 2:1 mengingatkan kita, “Karena itu, hai manusia, siapa juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah.” Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.”

Ketika kita menghakimi orang lain, kita menjadi orang jahat kepada orang yang belum terbukti melakukan yang jahat. Sebaliknya, ketika kita dihakimi orang lain, kita akan serba salah dalam bersikap dan selalu terpojok. Sikap seprti Yesus adalah sikap terbaik yang bisa kita lakukan: hati tenang, pikiran dingin dan katakana yang sebenarnya.

Janganlah kita saling menghakimi dan menjatuhkan, tetapi marilah kita saling melengkapi, menjaga, mendukung, menopang, dan menguatkan satu sama lain!

 

(Sumber: Kidung Jemaat)

share

Recommended Posts