Narasi Kontruktif atau Destruktif ?

Narasi Kontruktif atau Destruktif ?

Bacaan  : Mazmur 123:1-4

Nyanyian ziarah. Kepada-Mu aku melayangkan mataku, ya Engkau yang
bersemayam di sorga. (Mazmur 123:1)

 

Pemilihan umum sudah dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2024 yang lalu,
kemudian dilanjutkan dengan sidang perselisihan pemilu oleh MK. Sekarang kita
memasuki babak baru dalam kehidupan berbangsa yaitu masa transisi dari
pemerintahan lama ke pemerintahan yang baru. Kalimat penting yang disampaikan
presiden sebelum masa kampanye adalah
“Ya saya mengajak untuk menjaga bersama-sama agar pemilu berjalan dengan damai, tidak ada saling fitnah, tidak ada kampanye negatif, tidak ada saling menjelekkan, dan tidak ada saling
merendahkan,” (detik.com/31/10/23). Arahan presiden ini mengajak kita untuk
berpikir positif harus menjadi bagian dalam hidup kita sebagai warga negara,
sehingga kita tidak terjebak cara berpikir negatif yang menjurus kepada fitnah,
menghina dan mejelek-jelekan.

Dalam Mazmur 123, adalah ungkapan perasaan yang menyakitkan hati dari
Pamazmur oleh karena fitnah, olok-olok dan hinaan dari orang-orang congkak dan
sombong Hal ini diungkapkan Pemazmur dalam ayat 3 dan 4, “Kasihanilah kami, ya
TUHAN, kasihanilah kami, sebab kami sudah cukup kenyang dengan penghinaan; jiwa
kami sudah cukup kenyang dengan olok-olok orang-orang yang merasa aman, dengan
penghinaan orang-orang yang sombong.”
Dalam situasi seperti ini, Pemazmur
tidak berusaha mencari jalan keluar dari kekuatannya atau orang lain. Ia tahu bahwa
jalan terbaik untuk kuat menghadapi situasi ini dengan menyampaikan hal ini kepada
Tuhan dalam doa. Itulah sebabnya dalam ayat 1 dan 2, ia menulis, “Kepada-Mu aku
melayangkan mataku , ya Engkau yang bersemayam di sorga. Lihat, seperti mata
para hamba laki-laki memandang kepada tangan tuannya, seperti mata hamba
perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita
memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita.”

Tuhan Yesus adalah contoh terbaik dalam menghadapi orang-orang yang
memfitnah, mengolok-olok dan menghina Dia. Di atas kayu salib, Yesus berdoa untuk
mereka, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka
perbuat…” (Lukas 23:34). Tidak mudah untuk berdoa dan mengampuni bagi mereka
yang sudah menyakiti kita, bukan! Konsep dunia mengajarkan untuk balas dendam.
Tetapi Tuhan Yesus mengajar kita bahwa, “Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan
Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu , berbuatlah baik kepada orang yang
membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi
orang yang mencaci kamu.” (Lukas 6:27-28). Karena kita juga adalah orang berdosa
yang sudah diampuni oleh Tuhan.

Inspirasi: Daripada memandang perkataan buruk manusia berpotensi
memancing kita membalasnya lebih buruk lagi, lebih bijak memandang wajah-Nya
yang mengasihi kita. 

 

(Jerry Tamburian/LPMI)

share

Recommended Posts