Keindahan Yang Buruk
Kejadian 13:1–18
“Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman Tuhan, seperti tanah Mesir sampai ke Zoar.” (Kej.13:10).
Psikologi memberitahu bahwa melihat keindahan (estetika) itu adalah keperluan jiwa (mental) semua orang. Dapatlah kita bayangkan, apa jadinya kalau dunia ini tanpa pemandangan yang indah, akan terasa ada sesuatu yang kurang. Kita perhatikan bagaimana setiap negara mengusahakan situs wisata yang indah dan menarik, semuanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan para turisnya. Tetapi apakah keindahan alam cukup memenuhi jiwa manusia? Lot, keponakan Abram yang turut bersama Abram ketika kembali dari Mesir ke tanah Negeb, rupanya sangat tertarik dengan keindahan dunia. Ia memilih lembah Yordan yang subur, seperti taman Tuhan, seperti tanah Mesir sampai ke Zoar. Sementara Abram, karena hatinya lebih terarah kepada keindahan sorgawi, ia tidak getol harus memilih yang mana. Hatinya tidak terikat pada apa yang kelihatan, melainkan yang tidak kelihatan. Ia juga mau mengajar atau menguji Lot untuk tidak terikat dengan hal–hal yang kelihatannya indah tapi sementara. Namun mata hati Lot rupanya agak dipudarkan oleh keindahan Sodom yang ada di dekatnya. Mungkin dalam pikirannya, ‘aku cukup kuat’ tidaklah mungkin terpengaruh dengan hal–hal buruk. Tentu ia sadar bahwa dia harus bersaksi, menjadi garam dan terang di sana. Tetapi apa yang terjadi? Tanpa disadarinya, ‘keindahan’ kota itu akhirnya menyeretnya kedalam kehancuran Ia tak pernah menyangka kalau kemudian hari istri menjadi tiang garam (Kej. 14:1–16).
Keindahan duniawi telah menjadi daya tarik yang luar biasa masa kini, sampai ada orang Kristen sendiri menjadi toleran dan kompromi dengan dosa, yang bukan saja buruk tetapi tetapi membinasakan. Bahkan ada yang sudah mengidolakan alam ciptaan, daripada menyembah Pencipta alam yang indah itu. Dalam lirik sebuah hymne dikatakan, “Apa yang elok dalam alam ini, menjadi bayang tiruan. Indah–Mu Yesus Tuhan dan Raja, di atas makhluk sekalian.” Kekristenan sejati ditandai dengan keindahan dari dalam (batiniah–inner beauty), bukan dari luar (lahiriah–outer beauty). cf. 1 Petrus 3:4. Melihat segala keindahan, baik itu alam, karya seni, kekayaan, penampilan dan sebagainya, seharusnya membuat mata kita tertuju pada Yesus dan mengucap syukur kepada–Nya. Keindahan apa yang menjadi fokus kita?
Inspirasi: Keindahan dari dalam, keindahan batiniah, yang bersifat permanen, tak dapat diubah, sangat berbeda dengan keindahan lahiriah, yang temporal dan berubah–ubah.
(LPMI/Boy Borang)
Recommended Posts
Mengalirkan Air Kehidupan
November 23, 2024
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024