KERUKUNAN YANG RETAK
Kejadian 27:41-45
“Esau menaruh dendam kepada Yakub karena berkat yang telah diberikan oleh ayahnya kepadanya, lalu ia berkata kepada dirinya sendiri: “Hari-hari berkabung karena kematian ayahku itu tidak akan lama lagi; pada waktu itulah, Yakub, akan kubunuh.” (Kej. 27:41)
Saya mengenal satu keluarga besar, mulai dari seorang ibu janda yang
telah lanjut usia, sampai pada cucu cicitnya. Kalau mereka berkumpul,
terlihat begitu ramai dan akrab satu sama lain. Pengaruh ibu yang sudah
mengenal Kristus itu cukup besar. Apabila ada doa, yang belum Kristen pun
mau ikut. Apakah ini yang disebut keluarga yang rukun? Secara lahiriah
mungkin, tetapi secara batiniah, siapa yang tahu ada di antara kakak beradik
yang tidak akur?
Esau dan Yakub adalah juga kakak beradik, yang tentu saja sejak kecil
mereka saling menyayangi dalam keluarga Isak dan Ribka itu. Namun
kemudian ada konflik yang sangat serius, masalah irihati Esau terhadap Yakubadiknya, yang menerima berkat hak kesulungan dari Ishak bapak mereka (ay. 29-34). Tadinya tidak ada masalah bagi Esau, yang penting ia dapat memperoleh kacang merah dari Yakub, Tetapi kemudian, Esau sangat sedih dan pedih hatinya, karena Yakub telah menipunya, didukung oleh ibunya, Ribka. Dari sana dendam kesumat timbul dalam hati Esau, yang menyebabkan Yakub mulai tidak tenang dan lari ke Mesopotamia, belum lagi dikejar-kejar oleh Laban, dan banyak ketegangan lainnya. Selama keduanya bermusuhan, damai sejahtera itu sirna bertahun-tahun. O, betapa susahnya hati dikala cinta kasih keluarga itu tercabik-cabik oleh kemarahan dan kebencian, padahal satu keluarga. Akhirnya keduanya sadar bahwa itu tak boleh berlarut -larut. Itu harus diselesaikan. Maka keduanya pun rindu untuk saling berjumpa dan bermaafan.
Apalah artinya segala harta tanpa kasih sayang? Ketika mereka berbaikan (33), sungguh sangat terasa indahnya kerukunan itu. Pemazmur juga merasakan hal itu (Mazm. 133). Dalam suratnya kepada jemaat Roma, Paulus pun berbicara pentingnya kerukunan dalam jemaat, karena itulah yang Tuhan mau (Roma 15:7). Seperti apa atmosfir (suasana) dalam persekutuan, pelayanan dan gerakan misi kita hari-hari ini? Hangat? Suam-suam? Dingin atau bahkan mulai membeku?
Inspirasi: Di balik kerukunan pasti ada konflik, kesalahpahaman, dan
perselisihan. Tanpa hal-hal tersebut, tidak mungkin, sebab tak seorangpun
yang sempurna.
Penulis : LPMI/Boy Borang
Recommended Posts
Mengalirkan Air Kehidupan
November 23, 2024
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024