KENAJISAN SPIRITUAL

KENAJISAN SPIRITUAL

Markus 7:14-23

Kata-Nya lagi: “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, (Mar. 7:20)

Najis menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kotor yang menjadi sebab terhalangnya seseorang untuk beribadah kepada Allah. Dalam konteks ini berdasarkan ketentuan agama mengacu kepada tubuh yang menjadi tercemar karena menyentuh benda-benda yang dianggap mencemarkan jika disentuh. Sesuai dengan definis Yahudi mengenai hukum najis, namun diklarifikasi oleh Yesus mengenai najis yang sebenarnya yaitu najis secara spiritual.

Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menyoroti apa yang masuk ke dalam tubuh (makanan) yang menajiskan sesuai ketentuan hukum Taurat, sementara Yesus meluruskan bahwa yang keluar dari hati dan pikiran seseorang itu yang menajiskan. Kelihatannya Yesus menentang ketentuan hukum Taurat yang diberikan oleh Allah melalui Musa, namun tidak seperti demikian karena apa yang disampaikan Yesus berasal dari Bapa (Yohanes 12:49). Ada 13 daftar yang Yesus paparkan sebagai sumber yang berasal dari dalam diri manusia yang menajiskan: pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.

Inilah yang harus dijaga dengan penuh kehati-hatian. Meskipun orang- orang percaya di zaman Perjanjian Baru tidak lagi terikat dengan makanan atau benda-benda yang menajiskan karena Allah sendiri yang menyatakannya (Markus 7 dan KPR 10), namun kenajisan secara spiritual ditekankan agar semua orang percaya berhati-hati terhadap yang lebih berbahaya yang datang dari dalam diri manusia. Lebih mudah untuk mengontrol dengan mengatakan tidak terhadap sesuatu yang dapat menajiskan yang datang dari luar seperti miras atau narkoba, namun tidak mudah untuk yang datang dari dalam seperti iri hati, hawa nafsu atau hujat. Sering hal-hal seperti ini muncul dengan sendirinya dan mencemarkan roh dan jiwa kita.

Insight: Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. (Amsal 4:23). Menjaga hati merupakan upaya dari dalam diri sendiri untuk memperhatikan dengan waspada apa yang akan dilakukan, dikatakan atau dipikirkan lebih jauh. Kekuatan untuk menjaga hati ini dapat benar-benar maksimal jika dikerjakan oleh Roh Kudus yang berdiam dalam diri kita. Galatia 5:18 mengatakan, “Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. “

 

(LPMI/Zandy Keliduan)

share

Recommended Posts