Bersedia Dibentuk

Bersedia Dibentuk

Yeremia 18:1-6 

18:1 Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya: 18:2 “Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk  ! Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataan-Ku kepadamu.” 18:3 Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan. 18:4 Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. 18:5 Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya: 18:6 “Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat  di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Kuhai kaum Israel!

 

Dulu ketika menjalani praktek di sebuah lembaga sosial, salah seorang yang saya dampingi bercerita bahwa ia tidak lagi mau ke gereja. Ia tidak mau ke gereja karena ia malu, bukan malu pada jemaat yang lain melainkan malu pada Tuhan. Ia merasa kesalahannya sudah sangat besar dan tidak terampuni. Ia merasa Tuhan tidak akan bisa menerima dirinya lagi. Seiring berjalannya waktu, saya rasa perasaan-perasaan semacam itu juga sesekali menghantui banyak orang dan bukan hanya orang yang saya dampingi saja. Lalu bagaimana harus merespon perasaan yang semacam ini? 

Ayat bacaan hari ini kiranya dapat mengingatkan kita betapa besar kasih Tuhan. Ayat bacaan hari ini merupakan firman Tuhan yang datang kepada Yeremia. Firman Tuhan yang datang pada Yeremia rasanya tidak sembarangan turun begitu saja, Tuhan seakan mempersiapkan situasi supaya Yeremia betul-betul mendengarkan apa yang akan disampaikan Tuhan (ay. 1-2). Apa yang ingin disampaikan Tuhan? pada ayat 6, Tuhan dengan jelas menyatakan maksudNya bahwa Ia ingin membentuk umatNya sesuai dengan rencanaNya. Ia ingin membentuk umatNya seperti tukang periuk membentuk tanah liat (ay. 6). Dalam pembuatan priuk -sejauh pengetahuan saya-, beberapa kali priuk itu akan retak atau tergores oleh binatang karena dalam salah satu proses pembuatannya priuk butuh dijemur beberapa hari. Ketika ada retakan atau goresan, si tukang priuk akan ‘menambal’nya dengan hati-hati. Dalam proses ‘nambal’ itu, priuk yang tadinya dijemur haruslah dalam keadaan basah (siap dibentuk) karena jika kering akan sangat sulit untuk dirapikan. Artinya, di ayat 6, secara tidak langsung Tuhan ingin menyatakan bahwa berapa kali pun priuk itu retak Ia akan tetap berkenan membentuknya kembali. 

Maka, kita dapat merefleksikan bahwa cinta Tuhan pada umatNya sungguh besar. Ia sungguh akan menerima dan membantu manusia membaharui diri. Namun agar pembaharuan itu dapat terjadi perlu kesediaan diri dari manusia untuk diperbaharui Tuhan. Yang jadi pertanyaan adalah apakah manusia bersedia dibentuk oleh Tuhan? Kiranya kita semua selalu menjadi tanah liat yang bersedia untuk selalu diperbaharui oleh Tuhan. Tuhan memberkati. Amin. 

 

Pdt.Yokhanan K

share

Recommended Posts