Kasih Yang Mendisiplinkan

Ibrani 12:5-7

12:5 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: “Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; 12:6 karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” 12:7 Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? 

 

Beberapa kali saya mendengar cerita bahwa dulu di masa-masa sekolah, guru-guru sering memberikan hukuman untuk muridnya. Ada yang dihukum karena terlalu ribut di kelas, ada yang dihukum karena tidak mengerjakan tugas, ada yang dihukum karena terlalu jahil, dsb. Beberapa bahkan sampai menyandang gelar sebagai guru killer. Guru-guru yang menyandang status killer ini biasanya tidak disukai oleh para murid. Alasannya ya karena dianggap tidak berpihak pada murid dan -yang lebih ekstrim lagi- dianggap tidak mengasihi murid-murid. Hal ini kemudian memunculkan pertanyaan, apakah kasih berarti tidak menghukum sama sekali? Apakah kasih berarti selalu memberikan kenyamanan atau kompromi? 

Bila kita melihat pada bacaan hari ini, jawaban dari pertanyaan itu adalah tidak selalu. Kasih tidak selalu (atau tidak hanya) terwujud melalui hal-hal yang menyenangkan. Terkadang kasih itu juga bisa terwujud melalui hal-hal yang meresahkan. Sebab kasih bukan hanya tentang apa yang dilakukan tetapi juga tentang motivasi melakukannya. Bacaan hari ini mengingatkan bahwa “peringatanNya” adalah cara Tuhan mengasihi manusia. Tuhan mengasihi manusia bukan hanya lewat pemenuhan kebutuhan manusia melainkan juga lewat mendisiplinkan manusia dengan ketegasan. Tentu Tuhan memberikan “peringatanNya” pada manusia bukan karena Tuhan tidak mengasihi manusia, melainkan justru karena Tuhan mengasihi manusia maka ia mendisiplinkan manusia sesuai dengan kebijaksanaanNya agar manusia tidak mengalami hal-hal buruk di masa depan. Tuhan memberkati. Amin.

 

Pdt, Yokhanan K