Berbalik dan Mohon Pengampunan

Berbalik dan Mohon Pengampunan

Matius 27:3-5

27:3 Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua, 27:4 dan berkata: “Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah.” Tetapi jawab mereka: “Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!” 27:5 Maka iapun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri.

 

 

Akhir-akhir ini, ada sebuah serial lama yang kembali saya tonton berjudul Game Of Throne. Berkisah tentang sekelompok orang (kerajaan) yang saling berpolitik untuk memperebutkan kekuasaan tertinggi sebagai rajanya para raja. Salah satu adegan yang menarik dan seringkali berulang adalah beberapa tokoh memiliki sikap mau mengakui kesalahan dan meminta pengampunan ketika ia sadar telah melakukan kesalahan dan menyesalinya. Sikap semacam ini menarik karena dalam alkitab terdapat tokoh yang menyesali perbuatannya tetapi kemudian penyesalan tersebut diikuti dengan tindakan yang kurang tepat. Salah satunya adalah Yudas. 

Seperti yang kita ketahui, Yudas adalah sosok yang menyerahkan Tuhan Yesus hingga akhirnya Tuhan Yesus disalibkan. Dalam bacaan hari ini, dikatakan bahwa Yudas menyadari kesalahannya dan menyesal telah menyerahkan Yesus (ay. 3). Setelah menyadari kesalahan dan menyesal, alih-alih berbalik untuk mohon ampun pada Tuhan, Yudas justru memilih jalan ekstrim yang tidak tepat (ay. 5). Mari kita coba bandingkan dengan Petrus. Yudas dan Petrus sama-sama melakukan kesalahan dan menyesal namun tindakan mereka berbeda. Petrus menyadari bahwa ia salah karena tidak mengakui Yesus dan menyesali sikapnya (Mat. 26:75). Setelah menyesal, ia berbalik kepada Tuhan dan mohon pengampunanNya. Kita bisa jadi seperti Yudas tapi bisa juga menjadi seperti Petrus. Kita pasti pernah merasa menyesal atau setidaknya mengetahui bahwa kita melakukan kesalahan, lalu kita memilih cara kita menyikapi rasa tersebut. Menekan/mengabaikan/menolak rasa bersalah/penyesalan hingga berujung pada tindakan-tindakan yang tidak baik (seperti Yudas) atau kita menjadikan rasa bersalah/penyesalan sebagai ‘motor’ untuk kembali pada Tuhan dan memohon pengampunan (seperti Petrus). Dalam berelasi, seringkali kita tahu bahwa kita telah melakukan kesalahan tetapi menolak untuk mengakuinya karena gengsi. Melalui perbandingan antara Yudas dengan Petrus, kita kembali diingatkan untuk tidak gengsi mengakui kesalahan dan memohon pengampunan.

 

Pdt. Yokhanan K

share

Recommended Posts