HARAPAN & HATIKU

Firman Tuhan: Amsal 13:1-12
“Harapan yang tertunda menyedihkan hati, tetapi keinginan yang terpenuhi adalah pohon kehidupan.” (Amsal 13:12)
Versi NASB: “Hope deferred makes the heart sick but desire fulfilled is a tree of life.” Benar, seperti kata Walvoord, “it is good for a person to have hope, but if it is not fulfilled for a long time, then he experiences disappointment (his heart becomes sick).” Semua orang siapapun dia, bisa kecewa tatkala harapannya tidak tercapai. Sebaiknya ketika harapan atau keinginan itu terpenuhi, betapa sukacitanya, bukan? Seperti pohon kehidupan, memberi kesegaran dan semangat yang baru.
Apakah raja Salomo, membicarakan ini sebagai hasil pengamatan atau pengalamannya, mungkin saja. Namun yang ia bicarakan adalah suatu fakta yang tak bisa dipungkiri. Tidak selalu apa yang diharapkan itu menjadi kenyataan. Ada yang tertunda, ada yang berubah, ada yang gagal. Yang menjadi persoalan di sini adalah sikap. Bagaimana sikap seseorang ketika dambaannya tidak tercapai atau bahkan ketika gagal? Mungkin ada yang menjadi tawar hati, kehilangan semangat, stress, masa bodoh, bahkan ada yang mulai meragukan Tuhan? Abraham Lincoln, mungkin salah satu pribadi, yang banyak kali tawar hati (discouraged), sebelum ia jadi Presiden Amerika, namun ia tidak mundur, sampai akhirnya ia terpilih.
Kehidupan Kristen ibarat suatu perjalanan, yang tidak selalu mulus. Ada jalan lurus, berliku, jalan terjal, berlobang dan berbatu. Artinya bahwa tidak seorang pun, yang luput dari tantangan, hambatan, dan kesukaran. Orang percaya yang terus bertumbuh imannya, diberi kemampuan atau kapasitas rohani untuk menghadapinya. Kalau ada kenyataan yang terjadi di luar harapan, dia belajar bersyukur. Ia belajar melihat apa yang ada di balik (what is behind), daripada bertanya-tanya “mengapa ini terjadi”, mengapa jadi begini dan sebagainya. Belajarlah dari Yakub, berkali-kali ia tertunda untuk menikahi Rakhel, tapi dia siap menunggu dengan sabar. Meskipun ia merasa ditipu, namun dia melihat hikmah di baliknya (Kej.29). Kita dapat belajar juga dari Yusuf. Ia mungkin berharap segera lepas dari kungkungan saudara-saudaranya. Malah ia harus menanggung perlakuan yang buruk dalam waktu yang cukup lama (Kej. 37-50). Belajarlah juga pada Ayub, dia tidak pernah menduga dengan apa yang terjadi. Namun ia belajar melihat apa maksud Tuhan, dan akhirnya keluarganya dipulihkan (Ayub 1:21; 2:10; 42:7-17). Bagaimana kita menyikapi suatu keadaan di luar harapan kita?
Inspirasi: Di balik sebuah harapan yang belum terwujud, ada berkat tersamar yang harus dinantikan dengan iman, kepada Dia yang sanggup membuat harapan menjadi kenyataan.
LPMI/BB
Recommended Posts

Kejutan Kecil Yang Bermakna
Maret 10, 2025

HOBBY & HATIKU
Maret 08, 2025

MENTAL YANG SEHAT
Maret 06, 2025