Hati Yang Terbuka

đź“– “Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau.” (Matius 23:37b, TB)
Yesus meratapi Yerusalem karena kota itu berulang kali menolak kasih dan perlindungan yang ingin Ia berikan. Ia menggambarkan kerinduan-Nya seperti induk ayam yang ingin mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi mereka tidak mau. Ini bukan sekadar ungkapan kesedihan, tetapi juga teguran bagi mereka yang menutup hati terhadap anugerah-Nya. Yerusalem yang seharusnya menjadi tempat suci justru menjadi tempat di mana para nabi dibunuh dan suara kebenaran ditolak. Akibatnya, Yesus menubuatkan bahwa rumah mereka akan ditinggalkan dan menjadi sunyi, sebuah gambaran tentang kehancuran yang akan menimpa mereka karena hati yang keras. Namun, meskipun demikian, Yesus tetap memiliki pengharapan bahwa suatu hari mereka akan menyadari dan berkata, “Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!”
Kisah ini juga mencerminkan realitas dalam kehidupan keluarga kita. Terkadang, kita ingin menunjukkan kasih kepada anggota keluarga—berbagi perhatian, memberikan nasihat, atau sekadar menjadi pendengar yang baik—tetapi sering kali niat baik kita tidak dihargai. Mungkin ada orang tua yang merasa anak-anaknya semakin menjauh, atau saudara yang ingin membantu tetapi justru disalahpahami. Keadaan ini bisa membuat kita merasa kecewa dan bertanya-tanya apakah kasih dan perhatian kita masih ada gunanya. Namun, Yesus mengajarkan bahwa kasih sejati tidak diukur dari apakah ia diterima atau ditolak, tetapi dari ketulusan untuk tetap hadir. Sama seperti Yesus yang tetap membuka tangan-Nya meskipun sering kali diabaikan, kita juga dipanggil untuk tetap mengasihi, bahkan ketika respons yang kita terima tidak sesuai harapan.
Salah satu cara menerapkan kasih dalam keluarga adalah dengan berbagi cerita. Luangkan waktu khusus, seperti saat makan malam atau sebelum tidur, untuk saling berbagi pengalaman tentang bagaimana Tuhan bekerja dalam kehidupan kita. Bisa dengan menceritakan berkat yang kita terima hari ini, tantangan yang sedang dihadapi, atau bagaimana iman kita menolong dalam situasi sulit. Jika ada anggota keluarga yang sulit terbuka, kita bisa mulai dengan kisah-kisah sederhana, seperti pengalaman masa kecil yang penuh makna atau kisah inspiratif dari Alkitab. Dengan membangun kebiasaan berbagi cerita, ikatan keluarga akan semakin erat, dan kasih yang tulus dapat lebih dirasakan. Hari ini, mari kita renungkan kembali bagaimana kita bisa tetap hadir bagi keluarga kita, bukan dengan menuntut balasan, tetapi dengan ketulusan hati. Seperti Yesus yang tetap rindu menyambut Yerusalem, mari kita juga belajar untuk selalu membuka hati bagi keluarga kita, karena kasih yang sejati adalah kasih yang tidak pernah berhenti memberi.
Satu cerita kecil yang dibagikan dengan tulus bisa menghangatkan hati yang paling dingin
TIM WEB/FK
Recommended Posts

Bersyukur Pada Penolongmu
Maret 14, 2025

Mengenal Lebih Dalam
Maret 13, 2025

Pesan Kasih
Maret 12, 2025