CINTA BEDA AGAMA

Firman Tuhan: 2 Korintus 6:11-18
“Janganlah kamu menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan?Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” 2 Korintus 6:14.
Biar orang tau katong berbeda sayang, tapi beta tetap cinta, walau beda agama, terserah dong
semua mo bilang apa di balakang, Beta seng paduli, beta tetap cinta. Sebagian lirik lagu yang
dinyanyikan Vicky Salamor, anak muda asal pulau Ambon. Lagu ini sangat viral, dirilis pada
September 2018. Vicky Salamor, rindu menyuarakan realita yang dialami banyak anak muda masa
kini, cinta yang tumbuh di antara dua pribadi yang berbeda iman. Lagu ini menjadi suara hati,
mengalir dari ketulusan, dan menggambarkan betapa kuatnya perasaan manusia. Namun, sebagai
umat yang hidup dalam terang firman Tuhan, kita diajak untuk bertanya lebih dalam: apakah cinta
beda agama bisa?
2 Korintus 6:14. Sangat penting mendapat perhatian khusus, ini bukan untuk menghakimi, tetapi
untuk menjaga. Tuhan tahu bahwa dalam pernikahan, bukan hanya cinta yang diperlukan, tetapi
kesatuan visi, nilai, dan tujuan hidup yang tertanam dalam iman yang sama kepada Kristus.
Pernikahan bukan sekadar hubungan dua orang itu adalah persekutuan kudus yang mencerminkan
hubungan Kristus dan jemaat-Nya. Mungkin kita merasa dunia tidak mengerti, bahkan menentang
keputusan kita untuk mempertahankan cinta yang berbeda Agama. Tapi sebagai orang percaya, kita
tidak hidup untuk menyenangkan dunia, melainkan untuk menyenangkan Tuhan (Galatia 1:10).
Orang tua memiliki tanggung jawab besar untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran kepada anakanaknya sejak dini. Salah satu nilai penting yang sering diajarkan adalah larangan untuk menjalin
hubungan dekat termasuk pacaran dengan orang yang berbeda keyakinan. Mengapa ini penting,
bahkan sejak masa remaja? Pacaran adalah proses membangun ikatan emosi yang mendalam, sering
kali melibatkan hati, waktu, dan perhatian yang besar. Ketika hati sudah terikat, maka logika dan
nilai-nilai rohani sering kali dikesampingkan. Inilah yang menjadi celah bagi kompromi iman. Pacaran
yang terlalu dekat seringkali membuka celah untuk melakukan hal-hal yang tidak pantas bagi mereka
yang belum menikah. Hubungan emosional yang intens, apalagi disertai kedekatan fisik, bisa
mendorong pada dosa perzinahan atau tindakan yang melukai kesucian diri. Hal ini tidak sejalan
dengan kehendak Allah, yang menghendaki agar kita menjaga tubuh kita sebagai bait Roh Kudus (1
Korintus 6:19-20).
Jangan bermain api, nanti terbakar. Berpacaran dengan yang beda agama bukan hal sepele. Awalnya
mungkin indah, tapi akhirnya bisa menjauhkanmu dari iman dan kebenaran Tuhan.
Inspirasi: Cinta sejati tak hanya soal perasaan, tapi harus sejalan dengan kehendak Tuhan. Jangan
korbankan keselamatan kekal demi hubungan yang tidak sepadan.
LPMI/Yunus Siang
Recommended Posts

REFORMASI & PEMIKIRANKU
Oktober 06, 2025

REFORMASI & PENGORBANANKU
Oktober 04, 2025

REFORMASI & PELAYANANKU
Oktober 02, 2025