BERAT NAMUN INDAH DI DALAM TUHAN

BERAT NAMUN INDAH DI DALAM TUHAN

Firman Tuhan: Yesaya 38:1-8
“Ia berkata: “Ah Tuhan, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapanMu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata- Mu.” Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat.” (Yesaya 38:3)

 

Dalam menjalani kehidupan kekristenan yang penuh tantangan dan kesukaran, banyak yang mulai kecewa dan meragukan imannya. Mereka menemukan kenyataan berbicara terbalik, sehingga mereka tidak siap bila harus mengalami banyak penderitaan. Seperti yang diungkapkan Hizkia, tatkala ia berhadapan dengan sakit penyakit yang berat, seolah-olah ia tidak dapat menerima penderitaannya. Apalagi dikatakan bahwa ia akan mati, sehingga ia harus segera memberi pesan terakhir pada keluarganya, membuatnya sedih dan menangis. Dalam ayat 3 ini, ada tiga hal yang ia katakan dalam doanya kepada Tuhan, yang seakan bernada protes, pertama, “aku telah hidup setia,” kedua, “aku telah hidup dengan tulus hati,” dan ketiga, “aku telah melakukan apa yang baik…” tetapi mengapa aku dibiarkan menderita? Mungkin kemudian Hizkia sadar bahwa ia harus melihat apa kehendak Tuhan, tetapi ia harus mengungkapkan apa adanya. Bila kemudian Tuhan meresponi bahwa Ia akan memperpanjang umur Hizkia lima belas tahun lagi, itu pun dalam rangka rencana-Nya sendiri (ayat 5). Hizkia pun mengerti bahwa mengikut Tuhan tidaklah berarti semuanya selalu indah dan tanpa masalah. Ia harus siap menerima kenyataan dengan menggunakan kacamata Tuhan sendiri.

Kapten Darmawan Bone, seorang pilot pelayanan penerbangan misi MAF (Mission Aviation Fellowship), sempat menulis sebuah buku “Jangan Menyerah”, benar-benar menulis apa yang dialaminya. Ia telah melayani Tuhan puluhan tahun, termasuk mendukung pelayanan Jesus Film ke pedalaman Kalimantan, namun pada akhir hidupnya ia menderita sakit yang sangat berat sampai Tuhan memanggilnya.

Inspirasi: Mungkin paradigma berpikir kita juga sedang diubah oleh Tuhan, bukan? Kita juga pernah seolah-olah sulit mengerti dan tidak siap menerima segala kemungkinan konsekwensi mengikut Tuhan. bukan itu saja, kita juga malah dipanggil untuk mengubah paradigma banyak orang agar mereka dapat hidup sebagai murid yang berpusatkan Kristus. Ingatlah, kita mengikut dan melayani Tuhan bukan kalau (bersyarat), tetapi walau pun (tanpa syarat). (BB)

 

LPMI/Boy Borang

share

Recommended Posts