KASIH MENEMBUS BATAS

KASIH MENEMBUS BATAS

Firman Tuhan: Lukas 10:25-37

Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.” (Lukas 10:34)

 

Mendengar kata Yerikho, mungkin yang paling diingat adalah cerita tentang robohnya tembok Yerikho, saat orang Israel dibawah pimpinan Yosua menaklukkan kota itu, dengan berkeliling selama 7 hari sambil membawa tabut perjanjian dan para imam meniup sangkakala.

Perjalanan antara Yerusalem ke Yerikho menempuh perjalanan yang beresiko. Jalan antara kota itu rawan perampokan, sehingga tidak jarang orang yang sudah menjadi korban di wilayah itu.

Melihat kejadian yang menimpah korban perampokan perjalanan dalam bacaan kita, terlihat jelas terjadi perbedaan reaksi dan tindakan dari ketiga orang yang melewatinya. Ada perbedaan reaksi dan tindakan dari Imam dan Lewi dengan orang Samaria.

Imam dan Lewi sepertinya memiliki orientasi berpikir lebih besar tentang dirinya, apa yang akan terjadi pada dirinya apabila singgah menolong. Mereka takut dan kuatir, merasa terancam. Karena daerah itu rawan, bisa saja masih ada penyamun di sekitar tempat itu, sehingga potensi menjadi korban berikutnya. Tetapi orang Samaria berpikir sebaliknya, justru dia berpikir apa yang akan terjadi dengan orang itu kalau ia tidak menolongnya, kondisinya akan semakin parah. Padahal Samaria dari suku bangsa yang dianggap hina dan dibenci oleh orang Yahudi, bahkan tidak mau berurusan dengan mereka. Tapi si Samaria tidak memikirkan hal itu. Dia berani berpikir diluar dari biasanya demi sesamanya.

Situasi dan kondisi seperti ini, bisa saja dijumpai disekitar kita, yaitu banyak orang-orang yang membutuhkan pertolongan namun kondisi kita yang dilema. Tetapi orang Samaria sudah memberi teladan: dia berani ambil tindakan, dia tidak memikirkan dirinya sendiri dan dia menolong sampai tuntas.

Melalui kisah ini, Tuhan mau mengatakan bahwa sesamamu manusia adalah mereka yang teraniaya, yang tidak diperlakukan dengan adil, yang tidak berdaya, dan terpinggirkan. Bahkan yang tidak layak di mata dunia, itulah sesamamu manusia.

Itulah juga gambaran kebaikan dan kasih Allah kepada manusia berdosa yang malang, yang celaka akibat dosa. Kita sama sekali tidak mampu menolong diri sendiri, karena tidak berdaya. Namun, datanglah Yesus, seperti orang Samaria yang baik hati itu. Dia menaruh belas kasihan dan membalut luka-luka kita (Mzm. 147:3), Ia menuangkan bukan minyak dan anggur, tetapi darah-Nya sendiri. la merawat dan membayar lunas dosa-dosa kita. Saudara-saudara, kasih tidak mengenal batas, kasih tidak menghitung keuntungan, kasih tidak melihat latar belakang, kasih tidak cari aman, kasih tidak pandang bulu, bahkan kasih adalah pengorbanan.

Sehebat apapun seseorang, ahli agama sekalipun, kalau tidak memiliki kasih, bahkan meskipun dapat berkata-kata seperti malaikat, tetapi tidak memiliki kasih, maka firman Tuhan mengatakan bahwa ia hanya seperti gong yang berkumandang dan canang yg gemerincing (1 Kor. 13:1). Hanya membuat suara, tetapi tidak memiliki makna atau isi yang mendalam, hanya bunyi suara yang kosong saja.

Inspirasi: Tuhan mengajarkan kita kasih, dengan cara menempatkan di sekitar kita orang-orang yang kadang menurut dunia tidak layak untuk dikasihi. (Rick Warren)

 

LPMI/Fiktor Parantang

share

Recommended Posts