Ketika Allah Mengijinkan Pencobaan

Bacaan Firman : Yakobus 1: 2-3
“1:2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, 1:3 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.”
Setidaknya ada dua cara bagi seseorang untuk belajar tentang sesuatu. (1) belajar dari pengalaman orang lain atau (2) belajar dengan mengalaminya sendiri (learning by doing). Seseorang menjadi sabar karena telah mendengar pengalaman orang lain yang sudah lebih dulu mengalami asam garam kehidupan. Seseorang bisa juga menjadi sabar karena secara langsung mengalami dan menjalani beragam masalah. Kedua pendekatan itu sah dan tidak ada yang lebih baik/lebih buruk. Kedua pendekatan tersebut berangkat dari satu hal yang sama, yaitu masalah. Masalah menjadi salah satu ‘batu loncatan’ bagi seseorang untuk dapat menjadi manusia yang lebih baik. Konsep masalah sebagai ‘batu loncatan’ ternyata telah lebih dulu disadari oleh penulis surat Yakobus dalam bacaan kita.
Penulis surat Yakobus memulai suratnya -setelah salam- dengan pernyataan bahwa masalah (pencobaan) dapat membuahkan sesuatu yang positif (ketekunan). Yang jadi pertanyaan adalah darimana datangnya masalah (pencobaan)? Salah satu pemicunya adalah manusia yang terikat oleh keinginannya. Secara terang dan jelas dituliskan dalam Yakobus bahwa yang mencobai manusia adalah keinginannya sendiri (ay. 14). Keinginan diri yang terus dituruti dan tidak terkendali akhirnya menghasilkan dosa dan berujung maut (ay. 15). Pada ayat 17 dikatakan bahwa pemberian yang baik dan anugerah yang sempurna datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa. Penulis surat Yakobus mau mengatakan bahwa masalah (pencobaan) datangnya bukan dari Tuhan. Jika ada masalah (pencobaan) terjadi dalam hidup kita, kita diajak untuk melihatnya sebagai sesuatu yang diijinkan Tuhan terjadi demi kebaikan kita. Masalah (pencobaan) diijinkan Tuhan terjadi sebagai ‘batu loncatan’ bagi kita. Karena masalah (pencobaan) adalah sesuatu yang diijinkan Tuhan agar menjadi ‘batu loncatan’ kita, maka, mestinya kita menerima masalah sebagai sebuah kebahagiaan (ay. 1). Mengapa demikian? karena adanya masalah (pencobaan) menandakan Tuhan mengijinkan kita untuk terus bertumbuh dan menjadi lebih baik.
By. Pdt Yokhanan K
Recommended Posts

AMANAT AGUNG DIGENAPI
September 13, 2025

KECEWA KEMUDIAN PUTUS ASA
September 12, 2025

BERKAT DAN HARAPAN
September 11, 2025