Belajar Melakukan yang Benar
Bacaan: Amsal 13:21-25
13:21 Orang berdosa s dikejar oleh malapetaka, tetapi Ia membalas orang benar t dengan kebahagiaan. u 13:22 Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya, tetapi kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar. v 13:23 Huma orang miskin menghasilkan banyak makanan, tetapi ada yang lenyap karena tidak ada keadilan 1 . 13:24 Siapa tidak menggunakan tongkat, w benci kepada anaknya 2 ; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar x dia y pada waktunya. 13:25 Orang benar makan sekenyang-kenyangnya, tetapi perut orang fasik menderita kekurangan. z
Berbahagia dan berbahaya, dua kata yang agak mirip baik tulisannya maupun ketika diucapkan. Meskipun agak mirip tetapi maknanya sangat bertolak belakang. Yang pertama positif, yang kedua negatif. Jika ditanya pada setiap orang, apakah mereka ingin berbahagia, pasti semua menjawab ‘mau.’ Tetapi jika ditanya, apakah mereka ingin hidup berbahaya, spontan semua menjawab tidak mau. Namun dalam kenyataan, orang yang ingin hidup berbahagia sering berada dalam keadaan berbahaya. Mengapa? Karena mencari kebahagiaan melalui yang tidak benar. Sebenarnya setiap orang diberikan Tuhan kesadaran untuk membedakan mana yang benar dan mana yang berdosa. Namun karakter manusia berdosa justru suka mencoba apa yang sebenarnya mencelakakan dirinya. Ingat ketika Yunus mencoba lari dari panggilan Tuhan, ia harus berhadapan dengan ikan besar di laut besar. Ia sendiri membahayakan dirinya bukan? Jadi sebenarnya, Tuhan yang Mahabaik, tidak pernah mendatangkan malapetaka bagi manusia, kecuali manusia itu sendiri. Pepatah mengatakan, “Bermain api hangus.” Artinya, barangsiapa melakukan sesuatu yang jahat pasti ada akibatnya.
Seperti seorang pencuri, yang berhasil membawa hasil curiannya, akhirnya ketahuan dan dikeroyok massa setengah mati. Belum berurusan dengan polisi sudah duluan babak belur. Umumnya, ketika diinterogasi, pelaku tersebut mengaku menyesal, bahwa sebenarnya ia tidak mau melakukannya. Paulus sendiri mengakui fakta ini ketika ia berbicara soal konflik antara keinginan daging dan Roh (Galatia 5:17). Kadang-kadang orang Kristen sendiri, ketika tabiat carnality (duniawi)nya muncul, bisa melakukan sesuatu yang jahat di mata Tuhan. Menjadi orang Kristen tidak pernah berhenti bertarung dengan godaan dunia. Ambillah contoh, banyak rumah tangga Kristen hancur karena mereka sendiri mengundang malapetaka. Mereka tidak berdoa, “jangan membawa kami ke dalam pencobaan…” malah membawa diri ke dalam pencobaan akhirnya ditundukkan oleh dosa. Jadi kalau akhirnya rumah tangga porak poranda, itu karena ulah sendiri. Saudara, bagaimana kondisi hidup kita saat ini, sedang berbahagia atau berbahaya?
Inspirasi: Roh Kudus selalu siap menolong orang yang mau menolong dirinya sendiri.
(LPMI/Boy Borang)
Recommended Posts
Mengalirkan Air Kehidupan
November 23, 2024
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024