Berbalik Kepada Tuhan ?

Berbalik Kepada Tuhan ?

Bacaan : Amos 4:6-13

“Aku telah memukul kamu dengan hama dan penyakit gandum, telah melayukan
taman-tamanmu dan kebun-kebun anggurmu, pohon ara dan pohon zaitunmu,
dimakan habis oleh belalang, namun kamu tidak berbalik kepada-Ku,” demikianlah
firman Tuhan.” (Amos 4:9).

 

Sakit hati seorang ibu tidak selalu karena anaknya sering berbuat
kesalahan, tetapi ketika anaknya belum ada niat untuk bertobat. Padahal
ibunya sudah berkali-kali memberinya peringatan keras (kadang-kadang
dengan jeweran di telinga) atau memberinya punishment (hukuman) misalnya
menyuruh untuk mengerjakan sesuatu yang sulit agar dia jera. Namun
seringkali usaha itu tidak mempan.

Hati Allah juga seringkali kecewa dengan perilaku bangsa Israel, yang
tidak mau berbalik melakukan sesuatu benar. Tak jarang Tuhan memberi
peringatan atau pelajaran karena Ia mengasihi umat-Nya (ay. 6-8; Ibr. 12:6;
Wah. 3:19). Perjalanan dari Gosyen ke Kanaan yang seharusnya begitu dekat,
lalu dialihkan dan diperpanjang begitu lama, jelas sangat menyakitkan
bangsa itu. Bagi yang mengerti maksud Tuhan, tentu saja harus belajar
menerima pendisiplinan itu. Tapi bagi yang tak mengerti, seperti apa yang
terjadi di padang gurun, hati dan pikiran mereka terus dipenuhi gerutu,
omelan, keluhan, kritikan, dengan kata-kata yang pedas menusuk, senang
melemparkan kesalahan, dan memang tak mau diajar ). Jadi kalau kata
orang, yang namanya “pembentukan sikap hati” itu berat, memang benar
adanya. Apakah Allah perlu bertindak tegas terhadap sikap seperti ini? Ya,
dalam Amos 4:12, mereka disuruh untuk bertemu dengan Allah. Tentu saja
dalam pertemuan seperti itu, ada tindakan-tindakan yang akan dilakukan-Nya
menurut kehendak-Nya. Allah tidak pernah membiarkan ketidakbenaran
dalam kerajaan-Nya yang kudus.

Di dalam suatu organisasi termasuk misi pelayanan, sering yang menjadi
masalah bukan karena orang melakukan kesalahan, tetapi karena seolah-olah
masih ‘senang’ dengan kesalahan itu, alias tidak mau berubah. Baginya
teguran itu biasa, bahkan mungkin dia berkata dalam hati, “silahkan saja
saya dimarahi, dihukum, saya tidak peduli.” Jika sikap ini yang melekat
dalam dirinya, ini dapat merupakan cara Iblis untuk menggerogoti dan
merusak pelayanan. Biasanya dalam kondisi seperti ini, pemimpin atau atasan
akan segera memanggil untuk mengambil tindakan, sesuai policy yang
berlaku. Bagaimana kita menanggapi setiap tindakan pendisiplinan demi
kebaikan kita sendiri?

Inspirasi: Berbalik dari keduniawian kepada kehidupan yang benar di
hadapan Allah, bukan sekedar suatu ketaatan legalitas agama, tetapi suatu
kerinduan jiwa yang haus akan kebenaran. 

 

(LPMI/Boy Borang)

share

Recommended Posts