Biarlah Tuhan yang Memilih
Bacaan: Kisah Para Rasul 1:23-26
“1:23 Lalu mereka mengusulkan dua orang: Yusuf yang disebut Barsabas dan yang juga bernama Yustus, dan Matias. 1:24 Mereka semua berdoa p dan berkata: “Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati q semua orang, tunjukkanlah r kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini, 1:25 untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya.” 1:26 Lalu mereka membuang undi bagi kedua orang itu dan yang kena undi adalah Matias dan dengan demikian ia ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul itu. s”
Saya terlahir di keluarga yang memiliki latar belakang profesi sebagai abdi negara atau TNI. Kakek hingga ayah saya adalah Tentara Angkatan Darat dan kakek saya memiliki 13 orang cucu. 10 orang cucu laki- laki dan 3 orang cucu perempuan. Sedari saya kecil kakek selalu berkata kepada saya “Besok kalau kamu sudah besar, jadi Pendeta ya le”-ungkapan yang selalu diulang-ulang dan rasanya tidak pernah bosan beliau menyampaikan itu kepada saya. Dari semua cucu nya kakek saya, kenapa hanya saya yang diberi mandat untuk menjadi seorang pendeta “La kok aku?” Tentu hal itu menjadi pertanyaan bagi saya, kenapa kakek memilih saya dan bukan cucu-cucu nya yang lain. Karena saya dulu masih kecil sekitar usia masuk SD dan saat itu masih polos, tidak tahu apa-apa ya saya hanya meng-iyakan ucapan kakek saya tersebut.
Singkat cerita, kok saya merasa bahwa ucapan tersebut ada kuasa Doa yang besar hingga membentuk keinginan saya sendiri menjadi seorang pendeta. Walaupun keinginan tersebut baru terbentuk ketika saya menjalani proses perkuliahan di fakultas teologi UKDW dan melakukan praktek kejemaatan di salah satu gereja. Saya berefleksi bahwa apakah iya kakek saya sedang bermain undian bersama Bapa di Sorga, (kakek saya meninggal di tahun 2014 ketika saya kelas 1 SMA) hingga pada akhirnya nama saya yang masuk dalam undian terpilih? Tuhan menuntun saya sampai pada titik ini.
Begitu juga ketika para Rasul mencari orang untuk menggantikan posisi Yudas yang telah mati dengan menggunakan undian yang berisi nama Yusuf dan Matias. Biar jumlahnya kembali genap dua belas. Kriteria yang dipakai juga sudah jelas disampaikan di sana. Menarik ketika mereka mencari anggota baru dengan cara undian, ini hanya sebagai metode mekanis tapi bukan untuk menentukan kehendak Tuhan. Fokus mereka tidak kepada undian yang dibuat. Melainkan melalui doa kepada Tuhan supaya campur tangan-Nya hadir di dalam proses pemilihan itu. Ya mungkin saja Matias juga kebingungan pada saat itu “La kok aku?” Tentu bukan jadi sebuah persoalan, tapi malah justru menjadi keyakinan utuh karena Tuhan sendiri yang memilih undian itu. Seharusnya justru menjadi sebuah kekuatan baru ketika Tuhan sendiri yang telah memilih saya untuk menekuni panggilan saya sebagai pelayan Tuhan.
(BCP/Dimas Eka Putra Satria Yudha)
Recommended Posts
Mengalirkan Air Kehidupan
November 23, 2024
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024