Cacat dan Dicela
Bacaan: Yohanes 9 : 1 – 7
9:1 Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. 9:2 Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: “Rabi, s siapakah yang berbuat dosa, t orang ini u sendiri atau orang tuanya, v sehingga ia dilahirkan buta?” 9:3 Jawab Yesus: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan 1 di dalam dia. w 9:4 Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; x akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja. 9:5 Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia. y “ 9:6 Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah z ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi 9:7 dan berkata kepadanya: “Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam. a “ Siloam artinya: “Yang diutus.” Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek. b
Suatu kali di sebuah kantor, seorang staf yang usianya hampir 50 tahun terkena vertigo. Saat bertemu dalam sebuah rapat seorang lain yang berusia lebih tua menyeletuk, “Usia segitu kok vertigo….” Hal seperti ini tidak mustahil terjadi, mudah sekali orang bergosip, menuduh, menyindir, menghakimi,dll, termasuk dalam dunia pelayanan gerejawi.
Sepenggal kisah unik ini ditulis Yohanes, “Rasul kasih” di usianya yang tua (90 th an). Secara fakta ini merupakan diskusi kejam oleh orang terdekat Yesus yang biasa mendengar ajaran luhur dan menyaksikan mujizat-Nya. Apakah mereka tidak membayangkan jika menjadi si buta? Tega sekali dan sangat tidak humanis sikap mereka! Namun itulah kenyataannya dan Yesuspun dengan sabar (tidak tercatat Dia marah) memberikan penjelasan teologis yang memadai. Dalam kasus itu Yesus bahkan melakukan prosesi yang unik saat menyembuhkan si buta agar khalayak fokus hanya pada Yesus. Apakah penyembuhannya tidak cukup dengan sekedar bersabda? Karena si buta dipandang rendah, maka Yesus berbuat sesuatu yang fenomenal dan memmorable. Sambil menjelaskan bukan soal dosa siapa (ay 3) agar orang tidak berfokus pada orang yang dipandang rendah, Yesus membuat ramuan yang menjijikkan dan mengoleskan ke matanya dan menyuruh orang itu membasuh muka di kolam Siloam dan sembuh (ay 6-7). Siapapun yang dipandang rendah oleh dunia, ataupun “adonan” yang dinilai jijik, maka ditangan Tuhan Yesus menjadi bernilai dan berdaya guna.
Mari belajar menghargai orang lain seperti teladan Tuhan. Mulailah dengan menghargai orang-orang sekeliling kita. Menjadi sahabat, pendengar, pemerhati, dan bahkan pendoa bagi mereka. Banyak orang yang direndahkan, dimanipulasi atau juga dieksploitasi di dekat kita. Mari menabur kasih bagi mereka.
Inspirasi: Jangan menahan setiap kebaikan yang digerakkan oleh Tuhan.
(LPMI/Wahju Djatikoesoemo)
Recommended Posts
Mengalirkan Air Kehidupan
November 23, 2024
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024