CINTA YANG BERKOMITMEN

CINTA YANG BERKOMITMEN

Bacaan : 1 Korintus 7:1-9

 “Tetapi karena ada begitu banyaknya pelanggaran, maka setiap orang harus mempunyai istri sendiri dan setiap wanita harus mempunyai suami sendiri.” (1 Korintus 7:2)

 

CINTA YANG BERKOMITMEN

Di sebuah desa, terdapat dua pasangan yang baru saja menikah. Pasangan pertama menghabiskan waktu bersama, berbagi impian dan berkomitmen untuk saling mendukung. Sementara itu, pasangan kedua sering kali terlibat dalam konflik dan ketegangan, karena mereka lebih fokus pada ego masing-masing daripada saling memahami. Suatu hari, pasangan pertama mendekati pasangan kedua dan berbagi, “Cinta yang tulus memerlukan komitmen dan pengertian.” Hal ini menginspirasi pasangan kedua untuk mulai berkomunikasi lebih baik dan saling menghargai. Mereka belajar bahwa cinta dan ketaatan adalah fondasi penting dalam membangun keluarga yang bahagia.

Paulus membahas hubungan suami istri, mengingatkan kita bahwa pernikahan adalah panggilan untuk saling menghormati dan menjaga kesucian. Ini memberikan dasar penting bagi kita untuk memahami bagaimana membangun keluarga yang taat dan penuh kasih. Paulus mengawali pembahasannya dengan mengingatkan bahwa pernikahan bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang komitmen. Dalam keluarga, kita harus menempatkan cinta di atas segalanya. Ketaatan bukan hanya mengenai mengikuti aturan, tetapi tentang memilih untuk mencintai dan menghormati satu sama lain, bahkan di tengah perbedaan.

Paulus menekankan pentingnya menjaga kesucian dalam hubungan suami istri. Dalam dunia yang penuh dengan godaan, menjaga kesucian menjadi tantangan tersendiri. Keluarga yang taat adalah keluarga yang berkomitmen untuk menjaga integritas hubungan, saling mendukung dalam menjalani hidup yang sesuai dengan ajaran Tuhan. Paulus juga menyinggung tentang hasrat seksual dalam konteks pernikahan. Dia menekankan bahwa pasangan harus saling memenuhi kebutuhan satu sama lain dengan kasih dan saling pengertian. Dalam keluarga, penting bagi kita untuk berkomunikasi terbuka mengenai kebutuhan dan harapan, sehingga kita dapat saling mendukung dalam perjalanan iman dan kehidupan.

Sebagai orang tua atau pemimpin dalam keluarga, kita perlu memberikan contoh yang baik dalam menjalani cinta dan ketaatan. Ketika anak-anak melihat kita hidup dalam kasih dan saling menghormati, mereka akan terinspirasi untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam hidup mereka. Ini adalah warisan yang berharga bagi generasi mendatang.

**Refleksi:**

Hari ini, renungkanlah bagaimana kita bisa lebih mencintai dan menghormati pasangan kita dalam keluarga. Apakah ada area yang perlu diperbaiki untuk menjaga kesucian hubungan? Bagaimana kita bisa lebih terbuka dalam mengelola harapan dan kebutuhan satu sama lain?

 

TIM WEB/FK

share

Recommended Posts