Daya Tahan dalam Ketangguhan

Daya Tahan dalam Ketangguhan

Bacaaan: 2 Korintus 11: 21b-33

“Tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut.” (2 Korintus 11: 25)

Hardiness merupakan sebuah konsep yang awalnya dikembangkan oleh Kobasa pada tahun 1979 (Escolas, Pitts, Safer, Bartone, 2013). Menurut Kobasa, hardiness adalah konstruk kepribadian yang membedakan seseorang yang akan sakit saat stres dan yang akan tetap sehat. Hardiness merupakan konstruk kepribadian yang dapat membuat kejadian yang tidak menguntungkan menjadi suatu kesempatan belajar (Maddi, 2006). Seseorang yang memiliki kepribadian hardiness akan memberikan appraisal (penilaian) yang positif terhadap stressornya, sedangkan seseorang yang tidak memiliki kepribadian hardiness tidak demikian. Menurut Sarafino (1994), kondisi stres yang dihadapi oleh seseorang bergantung pada penilaian dirinya terhadap lingkungan yang membuat stres. Seseorang yang memiliki kepribadian hardiness akan merasa yakin bahwa dirinya dapat mengatasi masalah, dapat bertahan, serta dapat memandang masalah sebagai sebuah tantangan dan kesempatan untuk berkembang. Frasa yang sinonim dengan karakter hardiness adalah Adversity Quotient / AQ (skor Kecerdasan menghadapi Tantangan).

Jika kita bandingkan maka fenomena Rasul Paulus yang terkenal memiliki daya juang dan semangat luar biasa, seperti bacaan di atas memiliki karakter hardiness. Selain penganiayaan dari orang Yahudi, bencana dan kondisi alam, kekurangan, bahkan bahaya kejahatan dan hewan buas (ay 23-27). Dalam segala penderitaanya Paulus tentu mampu berempati pada kesusahan jemaat (ay 28-29). Hal itu tidak terjadi seketika dengan mudah. Tuhan Yesus sudah menegaskan “katetapan untuk menderita” bagi Paulus sejak pertama kali bertobat dan hal itu terus berlanjut dari kota ke kota (Kisah PR 20: 13). Kesadaran akan ketentuan Tuhan inilah yang menjadi titik tolak bagi Rasul Paulus sehingga mampu mendeskripsikan semua kesulitan dan masalah dalam pelayanannya serta kerangka misi yang diberikan Tuhan kepadanya.

Hardiness sejati dalam kacamata firman Tuhan merupakan bagian dari proses untuk mengembangkan lingkaran keyakinan iman. Bagaimana melihat sebuah kemungkinan dalam ketidakmungkinan, kemuliaan dalam kesengsaraan, atau kesukacitaan dalam kesedihan. Sesungguhnya semua itu berakar dari ketepatan cara pandang kita terhadap kasih, rancangan, dan kedaulatan Allah atas hidup kita dan alam semesta. Hardiness adalah bagian dari proses imaniah menuju ketergantungan yang makin tinggi pada Tuhan dan bukan pada diri sendiri. Apapun tantangan dunia kerja, mari belajar menjadi hardiness sejati dalam tuntunan Roh Kudus. Ia setia mendoakan kita dan menuntun kita dalam seluruh kebenaran Allah (Roma 8: 26 dan Yohanes 16: 13).
Inspirasi: Ketika Tuhan mengijinkan ada masalah dan tantangan, maka Dia melalui Roh Kudusnya terus mendoakan kita, menuntun dengan hikmat-Nya, dan menyediakan sumber kekuatan.

(LPMI/Wahju Djatikoesoemo)

share

Recommended Posts