Dedikasi yang Tinggi

Dedikasi yang Tinggi

Bacaan : Amsal 31:10-31

“Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas

kepada pelayan-pelayannya perempuan.”(Ay.15)

Sebuah video clip menggambarkan gesitnya seorang ibu dalam pekerjaan rumah tangganya. Ia bangun pagi buta, memasak untuk keluarganya, mengurus anaknya yang mau ke sekolah; membangunkan, memandikan, menyediakan makanan dan pakaian bagi anaknya. Tepat waktu, tidak terlambat, semuanya lancar. Hebat bukan? Pokoknya hati dan pikirannya terfokus pada prinsip, “Saya mau melakukan yang terbaik.” Mungkin ia lelah, sering merasa sakit, terlambat makan, kurang tidur, dan mungkin sering bergumul dan penuh air mata, tetapi tetap semangat dan penuh sukacita. Derek Kidner dalam bukunya “Proverbs” melihat wanita yang digambarkan di sini sebagai pekerja yang tireless worker (pekerja yang tak mengenal lelah). Apa buktinya? Perhatikan bobot pengabdiannya seperti ditulis dalam Amsal 31: 20-31).

Hidup yang penuh dedikasi ini tidak hanya ditunjukkan oleh seorang istri dalam keluarganya, tetapi menjadi model bagi siapa pun, dalam pekerjaan dan pelayanannya. Prinsip yang sama terlihat juga dalam pelayanan rasul Paulus. Dengan penuh pengabdian ia terus berusaha dan menggumuli apa yang harus ia kerjakan, walaupun memang harus membayar harga (Kolose 1:29; 2 Korintus 11:23-28).Gambaran pengabdian dipaparkan Paulus dalam 2 Timotius 2:3-6: Seorang pekerja yang penuh dedikasi; seperti seorang prajurit berjuang di medan perang tanpa memusingkan dirinya sendiri. Seperti seorang atlit yang harus disiplin dalam arena pertandingan dan seperti seorang petani yang terus bekerja keras untuk memperoleh hasil usahanya. Memang, sesuatu yang excellent (terbaik) menuntut dedikasi yang tinggi. Tuhan memberkati.

Inspirasi: Jika pekerjaan dunia saja menuntut standar pengabdian yang tinggi, apalagi pekerjaan yang dilakukan bagi Tuhan kita, yang bernilai kekal. Lakukanlah yang terbaik.

(LPMI/Boy Borang)

share

Recommended Posts