Dia Memberi Pengharapan

Dia Memberi Pengharapan

Bacaan: Ibrani 6:9-20

Berpegang teguh pada pengharapan

6:9 Tetapi, hai saudara-saudaraku n  yang kekasih, sekalipun kami berkata demikian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik 1 , yang mengandung keselamatan. 6:10 Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan o  sampai sekarang. 6:11 Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu p  suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, 6:12 agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut q  mereka yang oleh iman dan kesabaran r  mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan s  Allah. 6:13 Sebab ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, t  karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya, 6:14 kata-Nya: “Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat banyak. u ” 6:15 Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan v  kepadanya. 6:16 Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan. w  6:17 Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji x  itu akan kepastian y  putusan-Nya, Allah telah mengikat diri-Nya dengan sumpah, 6:18 supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta 2 , z  kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan a  yang terletak di depan kita. 6:19 Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, b  6:20 di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, c  ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, d  menjadi Imam Besar e  sampai selama-lamanya.

“Whispering Hope” telah menjadi salah satu lagu Natal yang populer hingga hari ini. Sekalipun demikian, konon Septimus Winner (1868), komposer lagu ini, tadinya tidak bermaksud mengarangnya sebagai lagu Natal, namun dalam kenyataannya, lagu yang berbicara soal pengharapan ini, tidak absen saat moment Christmas datang. Sebenarnya lagu ini lebih berkaitan dengan saat kematian (funeral song), bahwa di balik ajal itu, ada pengharapan hidup kekal yang dijanjikan Tuhan bagi orang yang percaya. Ini juga menjadi lagu Natal, karena mungkin kedatangan Yesus ke dalam dunia, dipandang memberi pengharapan bagi manusia yang hidupnya ibarat kapal yang terombang- ambing di lautan tanpa kemudi.

Setiap orang Kristen sejati, sudah pasti tak pernah ragu lagi dengan janji Tuhan, bahwa ia memiliki hidup kekal bersama Dia sampai selamanya (Yohanes 14:1-3). Suatu pengharapan yang indah dan pasti. Namun Ia masih mengijinkan anak-anak-Nya menjalani hidup yang di dunia yang penuh tantangan dan kesukaran ini. Tuhan tidak menyuruh orang-orang percaya “menghindari” kesukaran hidup, kecuali memerintahkan anak-anakNya untuk siap “menjalaninya”. Itulah sebabnya mengapa setiap orang percaya didorong untuk bertekun dan berpegang teguh pada pengharapan itu. Penulis Ibrani mengibaratkan pengharapan itu bagai “sauh” atau jangkar yang sangat kuat, yang menjamin keamanan bagi sebuah kapal yang sedang berlabuh.

Apa yang membuat kita bersukacita dan bersemangat dalam hidup ini adalah karena adanya pengharapan yang pasti itu. Pandangan futurolog ataupun ramalan manusia dapat saja meleset, tetapi janji Tuhan itu teguh tak berubah. Orang-orang bisa bersemarak merayakan Natal dengan segala pujian merdunya, namun barangkali di dalam hati mereka masih ada keraguan, bahkan keputusasaan (purposeless). Dalam sebuah artikel bertajuk: “Christmas isn’t always merry and bright”, ditulis sebagai berikut: “Christmas can be a lonely for those who struggling or feeling disconnected from others. The emootion and stressors that occur around December 25, may contribute to increase suicide numbers early in the year.” Singkatnya, bahwa justru dalam suasana Natal malah banyak yang suicide (bunuh diri) karena berbagai masalah dan pergumulan. Ini kelihatannya mustahil, tapi nyata. Bagaimana dengan kita? Be Hopeful in Him!

Inspirasi: “Berharaplah, berharaplah, jangan kau bimbang dan teguh. Bernantilah, bernantilah, berharap sambil beriman.” (Ref.lagu klasik “Harap saja pada Allah”).

(LPMI/Boy Borang)

share

Recommended Posts