DUKA YANG TULUS

Firman Tuhan : 2 Samuel 1:17-27 (TB)
Saul dan Yonatan, orang-orang yang dicintai dan yang ramah, dalam hidup dan matinya tidak terpisah. Mereka lebih cepat dari burung rajawali, mereka lebih kuat dari singa. (2 Samuel 1:23-TB)
Ungkapan Mikul Dhuwur Mendhem Jero (menjunjung tinggi martabat orang tua/ atasan dan memendam dalam-dalam aibnya) menjadi terkenal ketika diucapkan oleh Soeharto saat diinterogasi oleh Soekarno tentang apa rencananya, pasca tragedi G 30 S PKI. Soeharto tetap ingin menjaga martabat Soekarno sebagai Presiden Pemimpin Besar Revolusi dan Panglima Tertinggi Angkatan Perang, namun dengan tidak kompromi harus berani menghapuskan komunisme dari bangsa Indonesia demi keutuhan NKRI saat itu.
Saat mendengar kematian Saul dan Jonathan, Daud tidak hanya berduka secara pribadi, tetapi memobilisir bangsa Israel untuk berduka karena Saul. Sebuah lagu dia ciptakan dan wajib dinyanyikan oleh suku-suku Israel (ay 18). Hal itu sungguh luar biasa sebab Daud jelas dimusuhi, diburu, dan berkali-kali akan dibunuh. Saul bukan seorang ksatria yang baik, bukan figur raja dan mertua yang tulus. Namun saat Israel dikalahkan, Saul dan anak-anaknya gugur di pertempuran, dalam lagu kedukaannya terungkap betapa Daud tetap menghormati dan menghargai Saul.
Mengapa hal ini terjadi? Dari beberapa kasus, Daud tidak mau membunuh Saul karena dia sangat menghormati urapan Tuhan atas Saul. Daud tetap menghargai Saul sebagai pribadi yang telah diurapi Tuhan walaupun telah melakukan hal-hal yang nista dan jahat terhadapnya. Dalam nyanyian yang di tulisnya Daud mengatakan kalau Saul dan Yonatan adalah orang yang ramah bahkan lebih cepat dari rajawali (ay 23). Dia pun mengatakan bagaimana wanita-wanita itu mendapatkan perhiasan karena Saul (ay 24). Ini hal yang mengagumkan, dimana Daud tetap menjunjung tinggi martabat Saul sebagai raja atas bangsa Israel. Daud tetap menunjukkan bahwa Saul adalah orang yang pernah diurapi (1 Sam 10: 1), lepas dari bagaimana akhir hidupnya bahkan juga bagaimana karakternya selama itu.
Dalam kehidupan kita sehari-hari kita bisa menemui kasus personal seperti
Daud, dilecehkan bahkan dimusuhi oleh atasan kita atau orang yang seharusnya / sepantasnya kita hormati. Namun ketika melihat kepada Tuhan, kita diberi alternatif untuk memilih dengan hikmat dan bijaksana dalam pimpinan-Nya. Jika kasusnya berhubungan dengan hukum, berdampak luas pada keluarga, organisasi dan lainnya juga harus ada analisa secara mendalam. Hal yang tidak mudah dilakukan, tetapi ini merupakan sebuah inspirasi, untuk menolong kita belajar menjadi orang yang menghormati Tuhan dalam setiap keadaan dan tetap menjaga martabat orang lain.
Inspirasi: Menghormati Tuhan dalam segala keadaan merupakan suatu
keharusan, sehingga kita pun dapat menghargai sesama.
LPMI/ RM Wahju Djatikoesoemo
Recommended Posts

BEHIND THE SCENE?
Desember 13, 2025

JIWA SEHAT
Desember 12, 2025

PERCAYA SAJA
Desember 11, 2025

