EPHPHATHA (TERBUKALAH)

EPHPHATHA (TERBUKALAH)

Markus 7:31-37

“Efata!”, artinya: Terbukalah! (Mar. 7:34b)

Selesai melakukan mujizat besar di Tirus, Yesus sampai ke Dekapolis yang juga adalah wilayah non Yahudi. Di situ Yesus menyembuhkan seorang yang sakit tuli dan gagap dengan cara yang sangat berbeda. Ia meletakkan jarinya ke dalam telinga orang tersebut, meludah dan meraba lidahnya, melihat ke atas,menarik napas panjang dan berkata, “Ephphatha” – bahasa Aramic (Siria) merupakan kata perintah, “Terbukalah!”. Jadi Yesus memerintahkan kepada telinga orang tersebut agar terbuka dan itu terjadi, sekalian menyembuhkan gagapnya. Orang- orang yang melihat   takjub, tercengang atas mujizat tersebut.    Nama Yesus tidak bisa dibendung, semakin banyak orang non Yahudi yang mengenalNya.

Yesus memiliki berbagai cara untuk menyembuhkan. David Guzik menjelaskan, “Yesus menggunakan banyak cara penyembuhan yang berbeda. Ia menyembuhkan dengan kata-kata, menyembuhkan tanpa berkata-kata, menyembuhkan sebagai respons terhadap iman seseorang, menyembuhkan sebagai respons terhadap iman orang lain, menyembuhkan mereka yang meminta, dan Ia menyembuhkan mereka yang Ia datangi. Yesus tidak ingin terikat pada “satu metode” untuk menunjukkan bahwa kuasa-Nya tidak bergantung pada metode apa pun, tetapi pada kuasa Allah yang berdaulat.”

Kesimpulan David Guzik ini membantu kita untuk tidak berpikir dan bertindak meniru gaya Yesus apalagi menjadikan itu sebagai pola agar kuasa Allah bekerja melalui hidup seseorang. Dasar dari tindakanNya adalah otoritasNya dengan caraNya yang unik berdasarkan kemauanNya, bukan menjadi pola untuk dituruti. Yang harus dituruti adalah iman, dan tindakan didasarkan pengenalan akan karakterNya.

Untuk itu pelayanan Yesus kepada bangsa non Yahudi ini memberikan dua pelajaran penting. Pertama, iman percaya kita seharusnya bertumbuh seiring dengan pengenalan akan karakter Yesus. Yang kedua, semakin luas nama Yesus disebarkan, seharusnya semakin banyak orang mengenalNya dan semakin banyak kuasaNya dinyatakan bagi orang-orang yang datang kepadaNya.

Disisi lain ada suatu paradoks penting untuk dipahami, bahwa Yesus berdaulat atas segala sesuatu oleh sebab itu semua mujizat terjadi atas kehendakNya semata-mata, namun kedaulatanNya dinyatakan kepada orang- orang yang percaya dan mengambil tindakan iman.

Insight: Implementasi iman sebaiknya dimulai dari kita sendiri. Semakin kita mengenal karakter Yesus, semakin kita menikmati kuasaNya bekerja dalam hidup kita. Dan semakin kita menikmati kuasaNya bekerja dalam hidup kita, semakin semangat kita menyaksikanNya kepada orang lain.

 

(LPMI/Zandy Keliduan)

share

Recommended Posts