Frustasi Karena Tidak Dipedulikan

Frustasi Karena Tidak Dipedulikan

Bacaan: 2 Samuel 17: 15-29

“Ketika dilihat oleh Ahitofel, bahwa nasihatnya tidak dipedulikan, dipasangnyalah pelana keledainya, lalu berangkatlah ia ke rumahnya, ke kotanya; ia mengatur urusan rumah tangganya, kemudian menggantung diri. Demikianlah ia mati, lalu ia dikuburkan dalam kuburan ayahnya.” (2 Samuel 17: 23)

Ahitofel adalah penasihat ulung semasa raja Daud memerintah, bahkan sangat baiknya nasihat itu seakan seperti petunjuk Tuhan (2 Samuel 16: 23). Saat Absalom memberontak ia turut serta dan menjadi penasihat utama Absalom, bahkan nasihat untuk menjatuhkan mental Daud. Daud sendiri sampai memohon Tuhan menggagalkan nasihat Ahitofel untuk Absalom (2 Samuel 15:31). Ahitofel yang sombong merasa mampu menangkap Daud dan pasukannya hanya dengan 12 ribu orang saja. (2 Samuel 17: 1) Ia butuh diakui kemampuannya untuk memuaskan kesombongannya. Nah ketika nasihatnya dimentahkan oleh nasihat Husai, ia frustasi. Ia bunuh diri setelah menyerahkan semua urusan pada keluarganya (ay 23). Sepertinya ceritanya singkat dan biasa saja, namun jika kita perinci keberadaan Ahitofel, maka kita bisa memetik banyak pelajaran.

Ahitofel adalah pria sukses, perjalanan kariernya pun hebat dan membanggakan. Ahitofel bukan pejabat sembarangan. Dalam kondisi itu dia salah mengambil keputusan untuk mendukung pemberontakan Absalom. Barangkali ia ingin karirnya naik lebih tinggi jika Absalom menjadi raja yang sah. Ahitofel menilai dirinya hanya sebatas pada penilaian orang, padahal situasi/kondisi dan pikiran orang bisa berubah sesuai konteks dan kepentingannya. Jika kita bergantung pada penghargaan dan ukuran manusia pasti mengecewakan. Sehebat apapun pencapaian kita, janganlah menggantikan penilaian Tuhan dengan manusia. Apabila kita fokus pada penerimaan dan penghargaan Tuhan, maka pencapaian kita itu tetap bernilai dalam pertolongan-Nya.

Dipedulikan atau tidak itu bagian yang wajar dalam proses kehidupan. Namun pujian, perhatian, kritikan, dan peringatan adalah rambu-rambu agar kita tetap berjalan dalam frame yang dikehendaki Tuhan. Semua perlakuan manusia di sekitar kita harus diletakkan di tangan Tuhan agar Tuhan bertindak dan menuntun kita berjalan seturut rancangan-Nya yang sempurna.

Insprirasi: Mari terus bergantung pada Allah yang peduli dan setia, Ia selalu menopang dan memberkati. Buang jauh-jauh kata-kata orang yang tidak membangun.

(LPMI/Rini Djatikoesoemo)

share

Recommended Posts