Ganti Gaya ?
Bacaan : 2 Tawarikh 10: 1-19
Tetapi ia mengabaikan nasihat yang diberikan para tua-tua itu, lalu ia
meminta nasihat kepada orang-orang muda yang sebaya dengan dia dan yang
mendampinginya, (2 Tawarikh 10: 8)
TNI Polri adalah organisasi yang rapi dan ketat dalam manajemen dan
pengembangan SDM, termasuk karier. Pergantian pejabat baru bisa berlaku
tahunan namun juga bisa dalam hitungan bulan. Dalam era 10 tahun terakhir
percepatan karier dengan berbagai terobosannya juga nampak sangat bagus,
namun dalam setiap pergantian pemimpin, relatif hanya gaya saja yang berubah
sebab perencanaan strategis jangka panjang, menengah, dan pendek sudah
sangat jelas dan terukur. Dengan demikian setiap pejabat baru tidak bisa sesuai
selera dalam memimpin. Namun tidak semua organisasi seperti itu. Kadang
kesenjangan antara kepemimpinan lama dan baru bisa sangat jauh, bukan hanya
gaya namun juga aspek lain yang lebih mendasar. Kadang pula hal strategis dan
teknis tercampur baur sehingga membingungkan.
Rehabeam adalah raja baru. Tentunya dia sebagai putra mahkota telah
banyak terlibat dalam pemerintahan Salomo ayahnya. Ia pasti sudah memahami
dinamika pemerintahan dan manajemen yang diterapkan ayahnya yang terkenal
pandai dan bijaksana. Namun Alkitab menyaksikan betapa arogannya Rehabeam
sehingga 10 suku di utara memisahkan diri dan hanya wilayah selatan (Yehuda &
Benyamin ) yang masih ada bersamanya. Rehabeam mencari jati diri yang baru,
dan ingin lepas dari nama besar Salomo. Ia menyepelekan nasihat para penatua
ayahnya, dan menuruti nasihat teman sebayanya. Akhirnya di bawah pimpinan
Yerobeam bin Nebat 10 suku di utara memisahkan diri selamanya dari keturunan
Daud sesuai nubuat nabi Ahia (ps 10: 15 dan 1 Raja-raja 12: 15). Rehabeam
salah mengambil keputusan dan itu fatal. Setelah itu dia bertobat sebentar
sehingga Yehuda makmur dan aman, namun ketika dia melupakan Tuhan,
mulailah penindasan asing (Sisak dari Mesir) atas Yehuda sehingga kejayaan Daud
dan Salomo kian pudar. Ketidakmampuan Rehabeam melanjutkan nilai positif dan
menyesuaikan dengan situasi baru menjadikan keterpurukan kerajaan.
Pemimpin muda itu selalu ada. Namun pemimpin muda yang mau belajar
dan tidak mengulang kesalahan pendahulunya tidak banyak. Kadang pemimpin
muda terdegradasi kepemimpinannya karena masih mencari jati diri yang belum
tuntas sehingga terjebak mengerjakan hal-hal teknis yang tidak perlu yang
berkaitan dengan performanya saja. Ketika kita diperhadapkan dengan
pemimpin-pemimpin muda, berkaca dari Rehabeam maka kita harus mendoakan
agar kemudaannya tidak merusak organisasi. Para pemimpin baru harus belajar
menjaga orientasi agar tidak salah fokus pada performa semu seperti Rehabeam.
Inspirasi: Pemimpin muda selalu muncul, namun yang lebih penting
bagaimana organisasi menyiapkan dan mengarahkan mereka pada fokus yang
benar disertai kematangan mental yang memadai.
(LPMI/Wahju Djatikoesoemo)
Recommended Posts
Mengalirkan Air Kehidupan
November 23, 2024
Kemenangan yang Menguatkan
November 22, 2024
Semangat Pahlawan, Iman yang Tak Tergoyahkan
November 21, 2024