Gara-Gara Denominasi

Gara-Gara Denominasi

Bacaan : Amsal 29: 23

Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati, menerima pujian.
(Amsal 29: 23)

Sebuah ibadah penghiburan dihadiri banyak masyarakat non Kristen di
sekitarnya dan tetangga yang berasal dari 2 denominasi. Pendeta denominasi
A bersama worship leader dan tim musik memimpin dari awal hingga akhir,
sampai ramah tamah / konsumsi selesai. Sementara dihadapan mereka
pendeta dari denominasi B duduk bersama isteri disertai sebagian jemaatnya,
sama sekali tidak dilibatkan satu kalimat pun. Hal ini menjadi pemandangan
yang aneh bagi warga kampung yang mayoritas tidak seiman. Kesan bahwa
kedua gereja itu tidak rukun menghambat kesaksian tentang Kabar Baik. Ego
denominasi yang sangat sempit menjadi alat si jahat untuk merusak
kesaksian Kristen yang efektif.

Keangkuhan yang disampaikan Roh Kudus melalui Sa lomo ini
disampaikan secara universal, tanpa perkecualian. Baik anak Tuhan atau
bukan, baik di mimbar atau di meja kerja, baik di podium atau di tempat
lapangan. Keangkuhan itu sesuatu yang misterius, sebab ketika hal itu jarang
kita perhatikan dan waspadai maka menjadi suatu habit yang membahayakan
karena menjadi suatu naluri yang otomatis, bisa muncul kapan saja. Ironisnya
dalam kondisi ini, orang yang angkuh tidak menyadari keangkuhannya,
dengan jelas menilai dirinya normal bahkan merasa sudah rendah hati.
Ukuran keangkuhan ini bukan ukuran sosial berdasarkan selera, kedaerahan,
kesukuan atau kebangsaan. Keangkuhan menurut ayat kita secara tegas
adalah lawan dari rendah hati. Ketika kita merasa, menilai dan
menempatkan diri lebih dari orang lain, walaupun secara halus itulah
keangkuhan. Demikian pula saat kita menilai denominasi atau aliran teologi
kita lebih baik, itupun bentuk keangkuhan. Keangkuhan seperti diatas justru
marak mewarnai dinamika komunikasi antar gereja-gereja, termasuk jemaat
dan para pemimpinnya. Keangkuhan juga merupakan citra pokok dari Iblis
yang selalu ingin ditransfer dan dikembangkan pada manusia termasuk anak
Tuhan.

Hidup ini tidak mudah, hati-hatilah dengan keangkuhan sepintas yang
akan menghancurkan kita dalam jangka lama. Seorang ulama besar bahkan
pernah bercanda, “Orang Kristen itu jangan dimusuhi, biarkan saja mereka
pasti berkelahi sendiri….” Marilah kita membangun kerendahan hati dengan
serius dan sungguh-sungguh, dari diri sendiri, keluarga/ anak cucu, para
murid dan anggota kelompok yang kita bina, tim kerja, dll. Kerendahan hati
belum tentu memberikan keuntungan sesaat secara pragmatis namun
merupakan rekening sorgawi yang penting dalam kekekalan. Selamat
berjuang melawan keangkuhan.

Inspirasi: Keangkuhan itu sangat mudah dilakukan, sebaliknya
kerendahan hati membutuhkan kerja keras.

 

(LPMI/Wahju Djatikoesoemo)

share

Recommended Posts