Hardiness For Holiness

Hardiness For Holiness

Bacaan : 1 Samuel 17: 31-52

Hari ini juga Tuhan akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; ….supaya seluruh bumi tahu, bahwa srael mempunyai Allah, dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan….. (1 Samuel 17: 46)

Hardines secara sederhana berarti mental pejuang. Pada hardiness terdapat tiga dimensi yang dapat digunakan sebagai strategi mengubah pandangan dari hal yang dirasa negatif menjadi positif, yaitu commitment, control, dan challenge (Maddi, 2004). Commitment merupakan kemampuan untuk melibatkan diri dalam aktivitas, ketertarikan yang tulus mengenai aktivitas, benda, dan orang. Sedangkan control merupakan kecenderungan untuk percaya dan bertindak untuk mempengaruhi kejadian dalam hidup melalui usahanya sendiri. Sedangkan challenge merupakan keyakinan bahwa perubahan dalam hidup merupakan kesempatan untuk meningkatkan kedewasaaan (Maddi, 2006).

Dalam perang fenomenal itu, Filistin melakukan Psy-war pada Israel. Perang yang biasanya gelar pasukan, diganti metode perang tanding. Filistin yang sadar memiliki personel istimewa seperti Goliat berusaha menjatuhkan mental dan harga diri Israel. Meski sepertinya strategi itu awalnya mujarab, mereka tidak menduga akan muncul “kuda hitam” dari padang penggembalaan yang menghancurkan skenario itu. Ribuan laskar Israel berpikir “Tidak Mungkin” mengalahkan Goliat sendirian. Namun seorang remaja gembala kambing domba, dengan enteng mengatakan “Mungkin” dan terbukti pengalaman imannya mengalahkan singa dan beruang (ay 34-36) dan keyakinan imannya (ay 37) berhasil meyakinkan Saul dengan menewaskan Goliat bagi kemuliaan Allah.

Dari perikop kita belajar satu prinsip penting untuk membangun mental hardines/ pejuang dalam perspektif alkitabiah harus ada unsur keempat yaitu Credention (Credo), pengakuan iman bahwa Tuhan adalah Sumber Segala Sumber kekuatan dan kuasa seseorang dalam melayani. Inilah yang harusnya mewarnai hidup dan karier anak-anak Tuhan sehingga prosesnya akan benar di hadapan-Nya. Apapun pekerjaan kita, percayakan sepenuhnya kepada Tuhan, dengan kesungguhan hati. Proses ini membutuhkan kesabaran, keuletan, dan ketangguhan. Iman perlu terus menerus dilatih seperti otot agar bertumbuh dan berfungsi secara optimal.

Inspirasi: Kita harus memiliki mental pejuang dan cerdas menghadapi tantangan. Faktor iman pada Yesus adalah penentu daya juang yang berdampak dan bernilai.

(LPMI/Wahju Djatikoesoemo)

share

Recommended Posts