Ilmu Padi
Bacaan: Kisah Para Rasul 28:23-31
Dengan terus terang dan tanpa rintangan apapun ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus.
(Kisah Para Rasul 28:31 TB2).
Ketika Rasul Paulus berada di Roma, ia mengabdikan hidupnya untuk memberitakan Injil meskipun dalam keterbatasan tahanan rumah. Dengan tekun dan rendah hati, Paulus menyampaikan kebenaran tanpa mencari penghormatan pribadi. Ia adalah teladan seorang yang semakin tidak menonjolkan diri tetapi semakin memancarkan Kristus.
Ada pepatah “semakin berisi, semakin merunduk” menggambarkan padi yang berisi banyak butir akan semakin menunduk ke tanah, melambangkan sikap rendah hati yang muncul dari kematangan, kebijaksanaan, dan pertumbuhan sejati. Seiring bertambahnya usia, orang seringkali menyadari nilai kehidupan bukan terletak pada pengakuan dari dunia, tetapi pada makna yang lebih dalam. Menurut psikologi, ada delapan perilaku yang mencirikan mereka yang lebih memilih tidak menonjolkan diri: 1.Fokus pada hal-hal bermakna. 2. Lebih mendengarkan daripada berbicara. 3. Menghargai hubungan daripada pencapaian materi. 4. Berempati dan membantu tanpa pamrih. 5. Menjaga keseimbangan emosional. 6. Mencari kedamaian daripada pengakuan. 7. Menjauh dari konflik yang tidak perlu. 8. Memprioritaskan kehidupan yang harmonis.
Paulus dalam Kisah Para Rasul 28 menunjukkan perilaku-perilaku ini. Ia tidak mencari kemuliaan bagi dirinya sendiri, tetapi mengarahkan hati orang kepada Kristus. Dalam sikap sederhana, ia menunjukkan bahwa hidup yang penuh arti adalah hidup yang mengalirkan kasih Tuhan kepada sesama. Kehidupan Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa seiring bertambahnya usia atau saat menghadapi perubahan dalam hidup, kita dipanggil untuk semakin rendah hati dan menjadi saksi Kristus. Tidak perlu menonjolkan diri, tetapi biarkan perbuatan kasih kita yang berbicara. Sikap rendah hati ini terlihat dalam Rasul Paulus. Ia tidak berjuang untuk pengakuan pribadi, tetapi hidup sepenuhnya untuk memuliakan Tuhan. Rasul Paulus adalah bukti nyata bahwa sukacita sejati ditemukan bukan dalam kesombongan atau pujian dunia, tetapi dalam hubungan yang tulus dengan Kristus dan pelayanan kepada sesama.
Saat memasuki Masa Adven III, kita diingatkan bahwa kerendahan hati adalah salah satu wujud nyata sukacita yang lahir dari pertobatan. Pertobatan sejati mengarahkan kita untuk meninggalkan kesombongan, fokus pada kehendak Tuhan, dan menjadi pelaku kasih dalam kehidupan sehari-hari. Kerendahan hati sebagai wujud pertobatan membawa kita pada kehidupan yang berbuah. Buah itu berupa kasih, damai sejahtera, dan kesaksian yang membangun. Seperti Paulus yang tetap setia dalam segala keadaan, kita pun dipanggil untuk mengarahkan hidup kepada Kristus, menjadi pelita bagi dunia yang gelap.
Mari kita bertanya: Apakah hidup kita mencerminkan buah yang memuliakan Tuhan? Apakah sukacita pertobatan kita terlihat dalam sikap rendah hati dan pelayanan kasih kepada sesama?
“Orang yang sungguh besar adalah mereka yang tidak mencari kemuliaan, tetapi menjadi cahaya di jalan orang lain.”
TIM WEB
Recommended Posts
Refleksi Hidup Bijak
Januari 08, 2025
Proses Transformasi dalam Kristus
Januari 07, 2025
Kasih Karunia Allah di Setiap Momen
Januari 06, 2025