Jangan Takut, Percaya Saja

Jangan Takut, Percaya Saja

Bacaan Firman : Markus 5:35-36

“5:35 Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: “Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?” 5:36 Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: “Jangan takut, percaya saja!””

 

Bacaan Injil mengisahkan 2 kisah penyembuhan yang saling berkelindan. (1) Anak dari Yairus (2) Perempuan yang pendarahan selama 12 tahun. Yairus dikatakan sebagai seorang kepala rumah ibadat (ay. 22) yang menandakan bahwa dia adalah seorang Yahudi tulen. Yang berarti, jika ia mempercayakan anaknya kepada Tuhan Yesus maka dari sudut pandang yahudi Yairus bersalah karena yahudi sendiri tidak percaya bahwa Yesus adalah sumber keselamatan. Dengan demikian, Yairus mengabaikan segala resiko (termasuk kehormatannya) ketika ia meminta pertolongan pada Tuhan Yesus. Ketika Tuhan Yesus dalam perjalanan menuju rumah Yairus, ada kisah yang menginterupsi, yakni kisa perempuan yang pendarahan selama 12 tahun. Perempuan ini menginterupsi utamanya bukan untuk berbincang-bincang dengan Tuhan Yesus melainkan hanya untuk memegang jubahNya. Perempuan ini yakin bahwa hanya dengan memegang jubahNya, ia sembuh (ay. 28). Ketika kejadian ini terjadi, ternyata anak Yairus sudah meninggal (ay. 35) namun Tuhan Yesus menegaskan kepada keluarga Yairus untuk tetap percaya (ay. 36).

Benang merah dari dua kisah ini adalah baik Keluarga Yairus ataupun Perempuan yang sakit sama-sama menaruh percaya dan harapan hanya pada Yesus. Bisa jadi dalam kehidupan, kita menemukan situasi yang mirip dengan keluarga Yarius, dalam artian ada sebuah situasi yang dirasa mustahil berubah (konteks Yairus adalah anaknya kembali hidup; konteks perempuan adalah sakit yang tidak kunjung sembuh). Meskipun menghadapi situasi yang dirasa mustahil berubah, keluarga Yairus dan perempuan dalam teks telah memberikan teladan tentang sikap merelakan diri untuk diselamatkan (dari situasi yang dirasa mustahil berubah) oleh Yesus. Sikap inilah yang mestinya kita hidupi saat ini. Sikap untuk merelakan diri diselamatkan oleh Tuhan apapun yang terjadi. Inilah yang dimaksud dengan imanmu menyelamatkanmu, sebab beriman berarti merelakan diri untuk diselamatkan Tuhan. Tuhan memberkati. 

By. Pdt Yokhanan K

share

Recommended Posts