Jehova Jireh

Jehova Jireh

Bacaan: Keluaran 16:9-21

16:9 Kata Musa kepada Harun: “Katakanlah kepada segenap jemaah Israel: Marilah dekat ke hadapan TUHAN, sebab Ia telah mendengar sungut-sungutmu.” 16:10 Dan sedang Harun berbicara kepada segenap jemaah Israel, mereka memalingkan mukanya ke arah padang gurun–maka tampaklah kemuliaan c  TUHAN dalam awan. d  16:11 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: 16:12 “Aku telah mendengar sungut-sungut e  orang Israel; katakanlah kepada mereka: Pada waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu pagi kamu akan kenyang makan roti; maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, Allahmu. f ” 16:13 Pada waktu petang datanglah berduyun-duyun burung puyuh g  yang menutupi perkemahan itu; dan pada waktu pagi terletaklah embun h  sekeliling perkemahan itu. 16:14 Ketika embun itu telah menguap, tampaklah pada permukaan padang gurun sesuatu yang halus, sesuatu yang seperti sisik, i  halus seperti embun beku di bumi. 16:15 Ketika orang Israel melihatnya, berkatalah mereka seorang kepada yang lain: “Apakah ini?” Sebab mereka tidak tahu j  apa itu. Tetapi Musa berkata kepada mereka: “Inilah roti k  yang diberikan TUHAN kepadamu menjadi makananmu. 16:16 Beginilah perintah TUHAN: Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer l  seorang, menurut jumlah jiwa.” 16:17 Demikianlah diperbuat orang Israel; mereka mengumpulkan, ada yang banyak, ada yang sedikit. 16:18 Ketika mereka menakarnya dengan gomer, maka orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan. m  Tiap-tiap orang mengumpulkan menurut keperluannya. 16:19 Musa berkata kepada mereka: “Seorangpun tidak boleh meninggalkan dari padanya sampai pagi. n ” 16:20 Tetapi ada yang tidak mendengarkan Musa dan meninggalkan dari padanya sampai pagi, lalu berulat dan berbau busuk. o  Maka Musa menjadi marah p  kepada mereka. 16:21 Setiap pagi 1  mereka memungutnya, tiap-tiap orang menurut keperluannya; tetapi ketika matahari panas, cairlah itu. 

Tidak sampai 50% dari jumlah siswa/i di Indonesia yang setelah lulus SMA/K/sederajat dapat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Dengan keadaan seperti ini, pemerintah mencanangkan program khusus dengan menerbitkan KIP (Kartu Indonesia Pintar) bagi penduduk yang memiliki putra atau putri yang ingin menguliahkan anak-anaknya, tetapi terhalang pendanaan. Di perguruan tinggi sendiri juga memiliki program bidik misi, sebuah program yang bertujuan mewujudkan mimpi keluarga yang ingin menyekolahkan putra-putri mereka di perguruan tinggi, tetapi terhalang oleh kondisi perekonomian yang tidak mendukung.

Setelah tiga puluh hari keluar dari tanah Mesir, kondisi bangsa Israel tidak menggambarkan kondisi yang lebih baik seperti yang mereka bayangkan. Bahkan mereka semakin dekat dengan kelaparan dan kehausan, karena kehabisan bekal. Perjalananan mereka di padang gurun selama berminggu-minggu telah membuat mereka menderita. Dalam keadaan seperti itu, Allah tidak meninggalkan umat-Nya, Dia menjawab kekuatiran umat Isarel dengan memberi mereka Roti dari Sorga, yakni Manna. Jehova Jireh, disini Allah menyediakan. Roti inilah yang menanggulangi rasa kuatir umat Israel akan bencana kelaparan. Tuhan Allah memberi Manna tidak dengan maksud hanya untuk memberi pasokan makanan saja, tetapi Tuhan juga mengajar umat Israel dengan peraturan dan tata cara agar mereka bisa hidup dalam ketaatan, kecukupan, dan tidak menjadi orang-orang yang serakah.

Tuhan Allah menyediakan setiap hal yang kita butuhkan dalam hidup kita. Kita tinggal percaya dan meminta kepada-Nya. Sebenarnya Allah sudah berulangkali membebaskan kita dari tawanan tanah “Mesir”, yaitu zona nyaman kita! Tidak cukup di sana, Allah bahkan menyediakan roti “Manna”, yaitu berkat-Nya bagi kita. Namun, apakah selama ini kita menyadarinya? Kadangkala kita tidak merasakan berkat-Nya dan apa yang sudah diperbuat oleh Allah. Yang ada, seringkali kita menggerutu dan merasa kurang. Jikalau kehidupan kita sekarang ‘sedang dalam proses perjalanan’, maka sebenarnya kondisi hidup kita tidaklah terlalu jauh berbeda dengan pengembaraan umat Israel di padang gurun. Marilah kita melangkah mengikuti kehendak Allah yang mengetahui secara pasti keadaan kita dan jalan di depan yang akan kita tempuh. Kita tinggal percaya kepada-Nya dalam perjalanan hidup kita itu.

(Pdt.Adhitya CN)

share

Recommended Posts